Cerpen : Seperti Waktu
Cerpen
Karangan: Novia Fernanda
Kategori:
Cerpen Cinta
Segitiga
Lolos moderasi pada: 22 May 2017
Aku pikir kita akan terus bersama,
tawamu, canda yang setiap hari kau buat, hadirmu di setiap hariku, aku pikir
itu akan selamanya, dan jujur saja aku sudah berharap. Waktu itu mengalir
seperti air, entah apapun halangannya di depan ia terus berjalan. Aku rasa aku mencintaimu
kemarin, sekarang, esok dan seterusnya atau mungkin selamanya.
Diam, ini adalah sebuah hari
penyambut luka, hari penyambut sepi, hari penyambut air mata, dan hari
penyambut jarak. Aku tak pernah berpikir untuk menjauh darimu, tapi nyatanya
bukan aku, tapi waktu. Kejam? Bukan hanya kejam, ia jahat. Seandainya aku dan
Daffa berada di waktu 2 tahun yang lalu, tepatnya 10 oktober 2013, hari
peresmian dia menjadi kekasihku.
Kamu tau? Daffa itu lucu, dia sangat
baik, dia selalu melindungiku, dan aku tak pernah merasa takut saat bersamanya.
Kamu tau? Sekarang dan seterusnya aku akan terluka olehnya, aku memutuskan
untuk mengakhiri semua ini, karena aku mulai lelah menghadapinya. Bagaimana
bisa dua anak manusia yang saling mencintai berpisah? Aku mencintainya hingga
saat ini, saat dimana aku sudah mempunyai kekasih. Aku putus karena aku merasa
Daffa berubah, Daffa selalu bergabung dengan anak nakal, tetapi aku tau mereka
nakal hanya di jalanan tidak sampai membuat kriminal, tapi tetap saja aku tidak
suka.
“Ayo berangkat” Ajak Bagas, pacarku.
Aku
pun mengangguk sambil masuk ke dalam mobil. Aku dan dia bercanda di dalam
mobil, kita tertawa seperti biasa. Aku mencintai Bagas? Iya, sama seperti aku
mencintai Daffa. Tapi tetap saja kini, aku dan Daffa sudah memiliki cerita
masing masing, meskipun hatiku selalu menyediakan tempat untuk Daffa.
Aku dan Bagas langsung masuk ke dalam super
mall, dan kita memutuskan untuk makan terlebih dulu sebelum nonton bioskop.
“Bentar
ya, aku mau ke parkiran dulu, dompet dan hpku ketinggalan” pamitnya.
Aku pun hanya mengangguk sambil menunggu pesanan datang. Bagas pun berlalu di hadapanku, aku hanya duduk sambil memegang ponselku.
Aku pun hanya mengangguk sambil menunggu pesanan datang. Bagas pun berlalu di hadapanku, aku hanya duduk sambil memegang ponselku.
Tiba tiba ada seseorang mendekat ke arahku.
“Tasya…”
sapa seorang ibu ibu yang mendekat ke arahku
“Hai
tante farah” balasku sambil berdiri mencium tangannya.
Tante
farah adalah ibunya Daffa.
“Tante
duduk dulu, eh tante lagi ngapain di sini?” Kutanya.
Tante
farah pun duduk di hadapanku sambil menjawab “Tante baru belanja, eh tante
ditemenin Daffa” jawabnya.
Jantungku
langaung berdebar kencang, saat tante Farah menyebut nama Daffa.
“Oh
iya itu Daffa” tunjuknya “Daffa.. Sini” sambungnya sambil melambaikan tangan ke
arah Daffa. terlihat berjalan mendekatiku dan tante Farah.
“Hai,
Tasya..” sapanya.
Aku pun hanya tersenyum menatapnya.
“Kamu tetap saja cantik ya, aku suka” katanya lagi.
“Kamu pun tak berubah, tetap manis, aku suka” jawabku malu.
Daffa pun duduk di sebelah Tante Farah.
“Tasya.. Mana pacarmu?” tanyanya.
“Dia ke parkiran ambil dompet sama hpnya” jawabku, “lalu, mana pacarmu?” tanyaku.
“Dia di rumahnya, tasya kamu ingat?” katanya menatapku.
“Apa?” kutanya.
“Kemarin, hari ini dan esok bahkan selamanya, hatiku masih tetap sama” jelasnya tersenyum.
Aku terdiam, jantungku berdebar kencang, aliran darahku terasa deras mengalir.
“Husshh… Daffa ini, Tasya kan udah punya pacar” Ucap tante Farah.
“Tapi aku bicara jujur Bunda” jawabnya.
“Aku pun begitu, Daffa” jawabku tersenyum.
Daffa pun hanya tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu tetap saja cantik ya, aku suka” katanya lagi.
“Kamu pun tak berubah, tetap manis, aku suka” jawabku malu.
Daffa pun duduk di sebelah Tante Farah.
“Tasya.. Mana pacarmu?” tanyanya.
“Dia ke parkiran ambil dompet sama hpnya” jawabku, “lalu, mana pacarmu?” tanyaku.
“Dia di rumahnya, tasya kamu ingat?” katanya menatapku.
“Apa?” kutanya.
“Kemarin, hari ini dan esok bahkan selamanya, hatiku masih tetap sama” jelasnya tersenyum.
Aku terdiam, jantungku berdebar kencang, aliran darahku terasa deras mengalir.
“Husshh… Daffa ini, Tasya kan udah punya pacar” Ucap tante Farah.
“Tapi aku bicara jujur Bunda” jawabnya.
“Aku pun begitu, Daffa” jawabku tersenyum.
Daffa pun hanya tersenyum mendengar ucapanku.
Tak
lama Bagas datang menghampiriku.
“Ehh
ada tamu rupanya” ucap Bagas.
“Oh
iya, Bagas kenalin ini Tante Farah, dan ini Daffa” ucapku. Mereka pun saling
mengenalkan diri mereka.
“Oh iya, Tasya pacarmu sudah datang, aku pamit pulang ya sama Bunda. Itu juga pesananku sudah datang” pamitnya.
Aku pun hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Oh iya, kapan kapan main ke rumah ya, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan” ucapnya lagi.
“Iya, Daffa” jawabku tersenyum.
“Oh iya, Tasya pacarmu sudah datang, aku pamit pulang ya sama Bunda. Itu juga pesananku sudah datang” pamitnya.
Aku pun hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Oh iya, kapan kapan main ke rumah ya, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan” ucapnya lagi.
“Iya, Daffa” jawabku tersenyum.
Waktu sudah lama
berlalu, tapi bagiku tetap sama. Aku mencintai Daffa.. Jangan tanya mengapa aku
memutuskannya, karena itu masalahku dan Daffa. Aku punya cerita sendiri
begitupun Daffa, aku gak tau siapa yang akan menjadi teman hidupku, entah akan
Daffa atau Bagas, atau mungkin bukan keduanya. Tapi biarlah, terserah waktu
yang akan membawaku. Jikalau bukan Daffa, aku akan tetap memberi ruang di
hatiku, bagaimanapun ia sudah memiliki porsinya sendiri. Yang aku tau, waktu
mampu membawaku dan Daffa menjauh, membawaku membuat cerita tanpa Daffa, tapi
aku tau Waktu tak mampu merubah hatiku untuknya, sampai kapanpun itu, Daffa
sudah memiliki porsi sendiri di hatiku.
Cerpen : Seperti Waktu
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Saturday, July 29, 2017
Rating:
No comments: