Novel Jawa : Sinopsis Ngulandara Dening Margana Djajaatmadja Ngulandara
Novel Ngulandara punika cariyosipun dipunwiwiti oto mogok.
Nalika kahanan sampun sonten ugi jawah,
otonipun kaluwarga Ajeng Tien kedah mogok wonten satunggaling mergi. Ramanipun
Tien nyobi ndandani nanging dereng saged - saged, wusana kahananipin ngantos
sonten banget, jawah saya deres, otonipun dereng saged urip. Boten dangu Den
Bei sakeluwarga lajeng mlebet wonten oto. Manahipun tiyang sakaluwarga punika
gusar sanget.
Boten langkung dangu wonten oto ingkang
nyambangi. Lajeng jejaka ingkang nama Rapingun punika mbiyantu ndandani oto.
Panjenenganipun boten purun nampi arta panuwunipun saking Den Bei. Kaluwarga
langkung kuciwa sanget bilih jejaka wau boten purun nampani.
Wonten satunggaling dinten, Nyonyah Oet
Hien, mitranipun Den Bei sowan supados badhe sadeyan emas. Nyonyah Oet Hien ugi
karem nyade otonipun piyambak. Mangertos menawi oto punika oto ingkang diagem
kaliyan Rapingun, Raden Ajeng Tien lajeng ndangu kaliyan Nyonyah Oet Hien.
Boten klentu, sopir oto punika inggih Rapingun, jejaka ingkang mbiyantu
kaluwarga Ngasisten. Oto kaliyan sopiripun lajeng dipunpundhut kaliyan
kaluwarga.
Sopir pribadhinipun kaluwarga Ngasisten
punika jejaka ingkang jujur, trampil, mrantasi, ugi sae pocapan saha tindak -
tandukipun. Nglampahi pedamelan kanthi sucining manah, tansah ngabdi dhumateng
kaluwarga Ngasistenan. Sadaya langkung remen dhumateng Rapingun.
Hel jaran liar kagungan kaluwarga mawon
saged tundhuk kaliyan Rapingun. Menika amargi manahipun Rapingun ingkang sae,
langkung sabar anggenipun ngruwat. Sedaya tindak - tandukipun Rapingun punika
kedah ngedap - edapi kaluwarga.
Langkung dangu anggenipun ngudi wonten
kaluwarga Ngasistenan, langkung raket ugi anggenipun memitran kaliyan putri
Ngasistenan punika. Kekalihipun ugi sami remen ing batos. Sasampunipun
kesumerepan menawi Rapingun punika salah satunggaling putra kraton ingkang
kedah ngulandara, sedaya kaluwarga inggih sansaya gumun. Jejaka kraton purun nglampahi
lelampahan kados punika. Boten klentu menawi tiyang punika inggih tiyang
ingkang wicaksana, tiyang ingkang nggadhahi kaluhuran saha beciking bebudhen.
Pantes menawi Raden Ajeng Tien punika lajeng dipunpundhut garwa kaliyan
piyambakipun.
Terjemahan :
Suatu hari Soepartinah atau biasa dipanggil Raden Ajeng Tien pergi bersama
kedua orang tuanya yaitu Raden Ayu Asisten-Wedana dan Raden Bei
Asisten-Wedana. Saat mereka sampai diantara Temanggung dan Wanasaba, mobil yang
dikendarai oleh ayahnya mogok. Kemudian datang seorang laki-laki dengan mobil
lain yang membantu memperbaiki mobil sehingga mobil bisa berjalan. Ibu Tien
berniat memberi imbalan berupa uang pada laki-laki itu, tetapi laki-laki itu
menolak. Kemudian laki-laki itu mengikuti mobil Tien dari belakang karena
laki-laki itu takut jika sewaktu-waktu mobil mogok lagi. Ketika sampai di
Magelang, mobil Tien berhenti, tetapi laki-laki itu tidak mau menghentikan
mobilnya sehingga Tien dan keluarganya kehilangan laki-laki itu.
Suatu saat keluarga Tien kedatangan tamu yaitu Oei Wat Hien. Kedatangan
Hien untuk menawarkan berlian juga mobil. Hien berniat menjual mobilnya dan
menawarkan supirnya agar bisa bekerja di keluarga Tien. Saat Den Bei atau yang
Tien menanyakan mobil apa dan nomor berapa, Hien memberitahu bahwa merek
mobilnya buick dan nomornya 1013. Mengetahui hal itu, Tien sekeluarga
ingat akan lelaki yang sudah menolong mereka waktu mobilnya mogok.
Raden Ayu Asisten-Wedana meminta pembantunya yang bernama Kreta untuk
memanggil supir Nyonya Hien. Saat Kreta kembali, kreta mengatakan tidak ada
mobil. Nyonya Hien baru ingat bahwa supirnya ingin ke pasar. Kemudian Kreta
menyusul supir nyonya Hien dan tidak lama kreta kembali bersama seorang lelaki.
Lelaki itu dipanggil Rapingun oleh Nyonya Hien. Setelah keluarga Tien tahu
bahwa Rapingun adalah lelaki yang sudah menolong mereka, akhirnya Den Bei mau
menerima Rapingun bekerja sebagai supir di keluarganya.
Selama bekerja di keluarga Tien, Rapingun sangat rajin. Selain menjadi
supir, Rapingun juga bisa melakukan pekerjaan tukang kebun dan pembantu. Bahkan
Kreta yang sudah lama bekerja disitu kalah terampil dengan Rapingun. Den Bei
memiliki kuda yang diberi nama Hell, kuda ini masih sulit dikendalikan, tetapi
Rapingun tetap mendekati kuda itu. Den Bei dan Kreta sudah memperingatkan
Rapingun, tetapi Rapingun tetap bersikukuh untuk mengajari Hell agar menjadi
kuda yang jinak. Setelah dilatih dan ditunggangi oleh Rapingun, Hell tidak lagi
liar.
Suatu hari, Raden Ajeng Tien dan Rapingun pergi ke Magelang tanpa ibu
Tien karena beliau sakit. Mereka pergi ke rumah Den Bei Mantri-gudang. Di dekat
rumah Den Bei Mantri-gudang ada pasar malam dan mereka pergi ke sana. Saat ada
di pasar malam, ada dua lelaki yang mengawasi Raden Ajeng Tien. Hal itu
membuat Tien cemas, tetapi Tien tidak bercerita kepada siapapun karena Tien
mengenal orang yang mengikutinya. Setelah dari pasar malam, Tien mengajak
Rapingun untuk segera pulang ke Ngadiredja.
Saat perjalanan pulang, mereka dihadang oleh dua orang pemuda yang sudah
mengintai Tien di Magelang. Salah satu pemuda itu bernama Hardjana yang
ternyata dulu adalah pacar Tien. Hardjana menagih janji Tien. Tetapi Tien
merasa tidak lagi punya janji pada Hardjana. Saat membela Tien, tangan Rapingun
terluka. Tetapi akhirnya mereka bisa meloloskan diri dari kedua pemuda itu.
Rapingun sempat tidak sadarkan diri, tetapi akhirnya sadar dan masih bisa
menyetir sampai tiba di rumah Tien. Saat tiba di rumah Tien, mereka tidak
bercerita kepada kedua orang tua Tien tentang kejadian yang sudah dialaminya.
Keluarga Tien membawa Rapingun ke rumah sakit agar lukanya bisa cepat
sembuh. Ketika di rumah sakit, Tien sempat menjenguk Rapingun. Di rumah sakit,
Tien mengatakan bahwa kedua orang tuanya ingin mengajak Rapingun ke Sala karena
mereka mendapat surat dari Raden Mas Gandaatmadja. Raden Mas Gandaatmadja
memiliki anak lelaki satu-satunya bernama Sutanta yang sudah tujuh bulan tidak
pulang. rapingun mengaku pernah bertemu dengan Sutanta di Magelang.
Saat di rumah sakit, Tien memberi kalung kepada Rapingun sebagai tanda
terima kasih. Rapingun di rumah sakit selama tiga minggu, kemudian kembali ke
rumah Raden Bei Asisten-Wedana. Setengah bulan semenjak Rapingun pulang dari
rumah sakit, Rapingun terlihat susah dan sedih. Raden Bei dan Ayu
Asisten-Wedana mengajak Rapingun berbicara. Rapingun mengatakan bahwa dia
kangen pada kedua orang tuanya, apalagi dia adalah anak satu-satunya. Rapingun
meminta ijin untuk pulang ke Pacitan selama satu bulan. Majikan Rapingun
mengijinkan, tetapi sebelumnya meminta Rapingun menunggangi Hell. Rapingun
meminta ijin juga kepada majikannya itu untuk mengganti nama Hell menjadi
Tawang.
Sebulan setelah Rapingun berpamitan, Raden Ajeng Tien sekeluarga menerima
surat dari Rapingun. Rapingun mengungkapkan bahwa dia sebenarnya bermaksud
berhenti bekerja dengan keluarga Tien. raden Ayu Asisten-Wedana sedih menerima
surat itu.
Enam
bulan kemudian, keluarga Raden Bei berkunjung ke rumah saudaranya Den Bei Mantri Guru yang
berada di Desa Kwijen Kabupaten Pekalongan. Tidak disangka sebelumnya keluarga
Raden Bei Asisten Wedana bertemu dengan orang yang selama ini mereka rindukan.
Mereka bertemu dengan Rapingun. Dari sanalah juga keluarga Raden Bei mengetahui
bahwa sebenarnya Rapingun adalah RM. Sutanta putra RM. Gandaatmaja yang selama
ini dicari- cari orang tuanya.
Dua bulan setelah itu, dulu yang Raden Ayu Tin yang
semula menganggap Rapingun sebagai saudaranya sendiri dan menyayanginya sebagai
keluarga akhirnya mereka menikah. Raden Ayu
Asisten Wedana serta suaminya sangat bahagia dan menyayangi Raden Ayu
Supartinah dan RM. Sutanta yang sekarang menjadi menantu mereka begitu juga RM.
Sutanta dan Raden Ayu Tin.
Novel Jawa : Sinopsis Ngulandara Dening Margana Djajaatmadja Ngulandara
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Wednesday, September 06, 2017
Rating:
Matur nuwun
ReplyDeleteEh, wos nya apa????
ReplyDelete