Pendiri dan Tokoh Pejuang Pemalang : Pangeran Benawa Putra Jaka Tingkir
Pemalang berhasil membentuk pemerintahan tradisional. Tokoh
yang berperan penting adalah Pangeran Benawa. Diceritaka Pangeran itu asal
mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu
Sultan Adiwijaya. Banyak yang meyakini, Beliau adalah pendiri Kabupaten
Pemalang.
Namun siapakah beliau, benarkah ia Putra Jaka Tingkir yang
sakti madraguna itu, lalu apa yang membuat beliau sampai di Pemalang. Mari kita
simak cerita berikut.
Sultan
Adiwijaya atau Sultan Hadwijaya adalah nama lain dari Mas Karebet atau Jaka
Tingkir. Seorang Kestria Jawa yang terkenal akan kesaktianya. Kisahnya yang
masyhur semisal menaklukan sekumpulan Buaya, dan membunuh prajurit sakti
bernama Dadangawuk hanya berbekal daun sirih.
Jaka tingkir sebelumnya hanyalah Adipati di Pajang.
Sebuah pemerintahan di bawah Kerajaan Demak. Demak kemudian memindah kekuasaan
ke Pajang, setelah Putra Sultan Trenggono, Sunan Prawata dibunuh oleh Arya
Penangsang,. Arya Penangsang pun berhasil membunuh suami Ratu Kalinyamat. Jaka
Tingkir kemudian diangkat menjadi Raja Pajang, dan Demak menjadi Kadipaten di
bawah Pajang. Setelah sebelumnya menjadi kerajaan.
Ratu
Kalinyamat membujuk Jaka Tingkir untuk membunuh Arya Penangsang. Namun tidak
bisa karena, Jaka Tingkir dan Arya Penangsang saudara seperguruan dari Sunan
Kudus. Namun Purwadi (2007) menulis, Arya Penangsang berniat memberontak kepada
Jaka Tingkir, karena status Jaka Tingkir yang hanya keponakan dari Sultan
Trenggono, bukan putra Mahkota.
Kemudian diadakan sayembara, untuk menghadapi Arya
Penangsang. Siapa yang bisa menaklukan Arya Penangsang, ia dijanjikan kawasan
Mataram di Jogja dan Pati di pesisir utara pantai jawa. Pada akhirnya terpilih
Ki Agung Pemanahan dan Ki Penjawi. Singkat cerita, Arya Penangsang akhrinya
tewas oleh Sutawijaya, anak dari Pamanahan.
Setelah tewasnya Arya Penangsang, Penjawi dihadiahi Pati oleh
Jaka Tingkir, namun Jaka Tingkir sempat menahan Hadiah tanah berupa Mataram
kepada Ki Ageng Pemanahan. Jaka tingkir percaya ramalah Sunan Giri, bahwa
Mataram kelak akan menjadi kerajaan yang lebih maju daripada Pajang. Namun
setelah dibujuk Sunan Kalijaga, Jaka Tingkir memberikan juga kepada Ki Ageng
Pemanahan.
Sedang Ki Ageng Pemanahan, hanya diwajibkan laporan
kepada Pajang, sebagai simbol kesetiaan meskipun tanpa memberika pajak dan
upeti. Setelah Ki Ageng wafat, tahta diberikan kepada Putranya yaitu
Sutawijaya, ia kemudian diberi hak untuk tidak menghadap ke Pajang.
Pajang curiga dengan gerak gerik mataram, kemudian diutuslah
Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil. Mereka berkesimpulan, Sutawijaya agak
kurang sopan dan terkesan memberontak. Jaka Tingkir kemudian mengutus rombongan
kedua, yang dipimpin oleh Pangeran Benawa (Putra Mahkota), Arya Pamalad
(Adipati Tuban), dan Patih Mancanegara. Rombongan ini malah dijamu dengan Pesta
oleh Sutawijaya
Namun terjadi insiden, seoran prajurit Tuban mati oleh Raden
Rangga (Putra Sutawijaya) karena didesak oleh Arya Pamalad pada saat Pesta.
Mereka kemudian melapor kepada Pajang, Jaka Tingkir berniat menyerang, namun
diyakinkan oleh Pangeran Benawa bahwa insiden itu murni kecelakaan.
Puncaknya adalah seorang Keponakan Sutawijaya yang tinggal di
Pajang,. Raden Pabelan, menerobos Keputrian dan menemui Ratu Sekar
Kedaton (Putri bungsu Jaka Tingkir). Akibatnya Raden Pabelan, dihukum mati. Dan
Tumenggung Mayang, ayah dari Raden Pabelan dihukum buang, karena diduga
membantu perbuatan anaknya.
Istri Tumenggung Mayang, meminta bantuan kepada Mataram untuk
membebaskan Tumenggung Mayang. Dan sutawijaya pun mengutus orang, untuk
membebaskan Tumenggun Mayang. Akibat perbuatan lancang ini, Jaka Tingkir merasa
perlu untuk menyerang Mataram. Dan perang pun tidak terelakan.
Namun, meski berjumlah lebih banyak. Pasukan Pajang menderita
kekalaahan Jaka Tingkir terdesak, ia merasa di ujung hidupnya. Ia berpesan
kepada penerusnya, siapapun yang menjadi Raja Pajang selanjutnya, untuk tidak
memusuhi Sutwaijaya, selain karena anak angkatnya, peperangan dengan Mataram
merupakan sebuah takdir. Jaka Tingkir pun meninggal sekitar tahun 1582.
Kekosongan tahta di Pajang menimbulkan perebutan kekuasaan.
Sebagai Putra Mahkota, Pangeran Benowo lebih berhak meraih tahta kerajaan
pajang, namun Arya Pangiri Suami Ratu Pembayun, putri tertua Jaka Tingkir,
merasa lebih berhak untuk tahta pajang. Ia beranggapan usia Pangeran Benawa
lebih muda daripada Istrinya. Pendapat ini didukung oleh Panembaha Kudus
(Pengganti Sunan Kudus). Pangeran Benawa akhirnya hanya menjadi Bupati Jipang.
Namun kepemimpinan Arya Pangiri disebut mudah curiga. Ketika
kerajaan Aceh mengirim utusan untuk meminta bantuan mengusir Portugis dari
Malaka, Arya Pangiri malah membunuh utusan tersebut. Aceh kemudian meminta
bantuan Turki Ustmani, meskipun pada kahirnya berakhir gagal dalam mengusir
Portugis.
Arya Pangiri, hanya berfokus bagaimana mengalahkan Mataram.
Ia bahkan membentuk pasukan dari Demak, Bali, dan Bugis untuk menyerbu Mataram.
Sedang para Prajurit Pajang sendiri, disingkirkan Arya Pangiri, mereka yang
kecewa terhadap Arya Pangiri kemudian memilih mengabdi kepada Pangeran Benowo.
Pangeran Benowo merasa prihatin dengan keadaan rakyat Pajang.
Ia yang terkenal berwatak halus dan lembut itu, kemudian bersekutu dengan
Sutawijaya dari Mataram untuk menggempur Pajang. Kebetulan keduanya sedari
kecil sudah akrab, karena Sutawijaya dianggap anak angkat dari Jaka Tingkir.
Gabungan antara pasukan Jipang dan Pasukan Mataram berhasil menurunkan Arya
Pangiri dari Tahta, Arya Pangiri kemudian dipulangkan ke Demak.
Pangeran Benawa kemudian naik tahta menjadi Raja Pajang dan
bergelar Prabuwijaya. Namun ia tidak lama duduk sebagai Raja di Pajang.
Purwadi (2007) berpendapat Pangeran Benawa mengalami banyak pertentangan,
karena kebijakan politk ekspansinya, terutama dari Jawa bagian tengah dan
timur. Ia pun berupaya memindahkan tahta kerajaan dari Pajang ke Mataram.
Sungguhpun demikian, Pangeran Benawa ditulis Purwadi (2007)
termasuk orang yang peduli terhadap Pendidikan, ia bisa menyeimbangakn
pendidikan Umum dan Agama. Kelak dari konsep ini, lahirlah tradisi Pondok
Pesantren, yang menjadi ciri khas pendidikan Nusantara.
Keberhasilan ini tidak lepas dari didikan yang terarah lagi
sistematis dari Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Selain terkenal karena
kesaktianya, Jaka Tingkir dikenal menciptakan wayang Kencana, yang berukuran
lebih kecil dari wayang biasanya. Jaka Tingkir pun memiliki pujangga, yang
bernama Pangeran Karanggayam. Ia berhasil menciptakan serat nitisruti yang
berisi ajaran moral dan mistik kejawen.
Pangeran Benowo yang terus mendapat tekanan, kemudian
memilih menyepi di gunung dan tirakat. Nah, sampai disini kemudian
timbul perbedaan dimanakah kemudian Pangeran Benawa menyepikan diri. Misalnya,
Graff dan Pigeaud (1985) berpendapat, Pangeran Benawa menyepi ke daerah Kedu.
Sementara ada pendapat pula, yang menyatakan Pangeran Benawa pindah ke barat
dan membangun Pemalang.
Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah makam, yang diduga
sebagai tempat persemayaman Pangeran Benawa di desa Penggarit, Kabupaten
Pemalang.
Pangeran Benawa memiliki Putri yang bernama Dyah Banowati. Ia
dijodohkan dengan Mas Jolang anak dari Sutawijaya. Dari pernikahan keduanya
melahirkan Sultan Agung, raja terbesar mataram. Dari silisilah Pangeran Benawa,
didapati anam Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Ronggowarsito dan
Yosodipuro, keduanya merupaka Pujangga termasyhur dari Kasunanan Surakarta.
Pendiri dan Tokoh Pejuang Pemalang : Pangeran Benawa Putra Jaka Tingkir
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Wednesday, September 06, 2017
Rating:
No comments: