LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI PEMBUATAN SARUNG TENUN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pengertian busana
internasional, sarung berarti sepotong kain lebar yang pemakaianya dibebatkan
pada pinggang untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang ke bawah).
Kain sarung dibuat dari
bermacam-macam bahan yaitu katun, polyester, atau sutera. Penggunaan sarung
sangat luas untuk santai di rumah hingga pada penggunaan resmi seperti ibadah
atau upacara perkawinan.
Pada umumnya penggunaan kain
sarung pada acara resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah tertentu.
B.
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas
dalam laporan ini adalah :
1.
Darimanakah sarung itu berasal ?
2.
Apa perbedaan motif sarung pada setiap daerah-daerah ?
3.
Bagaimanakah cara pembuatan sarung ?
C.
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan tinjauan dari beberapa
sumber yang berkompeten tentang sarung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Sarung
Sarung berasal dari Yaman.
Sarung awalnya digunakan suku badui yang tinggal di Yaman. Sarung dari Yaman
itu berasal dari kain putih yang dicelupkan ke dalam neel yaitu bahan pewarna
yang berwarna hitam.
Penggunaan sarung telah
meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia
Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke
Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam
perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam.
Sarung menjadi salah satu pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan
yang tinggi. Oleh karena itu, sarung sering dikenakan untuk sholat di masjid.
Laki-laki mengenakan atasan baju koko dan bawahan sarung untuk sholat, begitu
pula wanita mengenakan atasan mukena dan bawahan sarung untuk sholat.
Kaum santri merupakan
masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung, sedangkan kaum nasionalis
abangan hampir meninggalkan sarung. Sikap konsisten penggunaan sarung juga
dijalankan oleh salah seorang pejuang yaitu KH Abdul
Wahab Hasbullah, seorang tokoh penting di Nahdhatul Ulama (NU). Suatu ketika, KH Abdul
Wahab Hasbullah pernah diundang Presiden Soekarno. Protokol kepresidenan memintanya
untuk berpakaian lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat menghadiri upacara
kenegaraan, ia datang menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. Padahal
biasanya orang mengenakan jas dilengkapi dengan celana panjang. Sebagai seorang
pejuang yang sudah berkali-kali terjun langsung bertempur melawan penjajah
Belanda dan Jepang, Abdul Wahab tetap konsisten menggunakan sarung sebagai
simbol perlawanannya terhadap budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat dan
martabat bangsanya di hadapan para penjajah.
B.
Motif Sarung
Sarung untuk pakaian daerah
dapat pula dibuat dari bahan tenun ikat, songket, serta tapis. Masing-masing jenis bahan
sarung tersebut berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia. Sarung dari NTT,
NTB, Sulawesi, dan Bali menggunakan bahan yang terbuat dari tenun, sedangkan
songket, sangat identik dengan ciri khas adat Minangkabau dan Palembang. Sementara tapis adalah kain khas yang
berasal dari Lampung.
Sarung yang terbuat dari
tenun menggunakan motif yang sederhana, cenderung lebih bermain warna,
dibanding motif yang 'ramai'. Sedangkan tapis dan songket, sekilas akan
terlihat sama. Motif tapis memiliki unsur alam seperti flora dan fauna,
sedangkan motif songket, terlihat lebih meriah dengan motif yang mengisi
seluruh isi bahan. Persamaan keduanya adalah terbuat dari benang emas dan
perak.
Motif kain sarung yang umum
adalah garis-garis yang saling melintang (kotak-kotak). Nilai filosofisnya
adalah setiap melangkah baik ke kanan, kiri, atas ataupun bawah, akan ada
konsekuensinya. Hal ini juga serupa pada gradasi bermotif papan catur seperti
sarung bali. Saat kita berada di titik putih, melangkah ke manapun, perbedaan
menghadang.
C.
Warna
1. Hijau
2. Merah
3. Kuning
4. Hitam
LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI PEMBUATAN SARUNG TENUN
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Wednesday, September 06, 2017
Rating:
No comments: