Makalah tentang Cita-cita



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang memiliki cita-cita menjadi apa yang diinginkan. Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu cita-cita adalah sebuah tujuan hidup.Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.
            Sebagai seorang pendidik tentunya kita memiliki cita-cita menjadi guru teladan bagi setiap murid-muridnya. Bukan hal mudah jika kita hanya memiliki niat saja untuk menjadi guru teladan tapi memerlukan niat,usaha, dan kerja keras . Dalam pencapaiannya,kita perlu inovasi-inovasi, tekad serta didasari fondasi yang teguh. Dimulai dengan kita memiliki impian , tapi bukan sekedar impian belaka. Impian yang membuat kita mengaplikasikan kepada  peserta didik kita nantinya. Yang  dapat membuat peserta didik kita memiliki impian dan cita-cita bagi masa depannya kelak.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan cita-cita ?
  2. Apa manfaat mempunyai cita-cita ?
  3. Mengapa kita harus bercita-cita ?
  4. Bagaimana kita sebagai tenaga pendidik membimbing peserta didik kita terutama anak SD agar mempunyai cita-cita ?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Cita-cita

Menurut KBBI, cita-cita adalah :
1. Keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran.
2. Tujuan yg sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan).

Menurut Arhaadesin dalam http://arhaadesin.blogspot.com/2012/06/pengertian-cita-cita.html ( diakses tanggal 24 Oktober 2013),  cita-cita adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang  hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan  hidup dan  bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah angan-angan belaka. Bagi orang  yang  menganggapnya  sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah  maju  dengan  langkah  yang  jelas dan mantap dalam kehidupan  ini  sehingga ia menjadi sebuah  akselerator  pengembangan diri namun  bagi yang menganggap cita-cita sebagai angan-angan belaka maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.

B.      Manfaat  Mempunyai Cita-Cita
  • Hidup mempunyai jalan atau arah yang jelas
Hal ini sudah jelas, dengan mempunyai cita-cita, kita akan tahu kemana arah hidup yang akan kita jalani, dan kita pun tahu tujuan kita belajar, menuntut ilmu, bersekolah, dan segala macamnya. Tujuannya yaitu mengejar cita-cita dan berusaha sekuat mungkin untuk mengejar cita-cita tersebut.
  • Mental dan niat semakin terasah
Dengan adanya cita-cita yang kuat, mental untuk melawan segala hambatan akan terasah, misalnya melawan rasa malas, kantuk, dan godaan bermain game akan teratasi. Hal ini biasa melanda anak SMP atau sederajat, tapi ini akan mudah teratasi jika kita  sudah tahu bahwa semua itu hanya akan menghambat niatnya mengejar cita-cita.
  • Terus Belajar dan Berlatih
Cita-cita menjadi sebuah tujuan  yang harus kita kejar. Seiring dengan adanya cita-cita yang kuat tersebut, kita  akan berusaha meningkatkan kemampuannya agar cita-cita kita bisa tercapai. Yaitu dengan belajar dan berlatih segala hal yang menunjung cita-cita tersebut.

C.    Mengapa kita harus bercita-cita ?
Mengapa seseorang harus memiliki cita-cita, dikarenakan seseorang harus memiliki cita-cita adalah karena hidupnya, seseorang jika tidak memiliki cita cita hidupnya akan terasa seperti tak berguna karena dia dalam menjalani hidup tidaklah memiliki tujuan.Namun jika memiliki cita cita hidup pastilah berguna, karena dengan cita – cita yang ingin dicapai pastinya seseorang akan berjuang keras demi tercapainya cita-cita tersebut, contoh seorang anak TK bercita cita saat dewasa akan menjadi seorang astronot, dalam kehidupannya walau tidak mendukung dia untuk menjadi seorang astronot dia pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi astronot, namun diperjalanan untuk meraih cita cita tersebut pastilah ada rintangan yang akan selalu menghadang. Ini analoginya setiap cita cita memiliki ketinggian yang berbeda, maka dari itu kita tidak boleh takut dengan ketinggian itu, dan lampauilah anak tangga yang menjadi jalan yang menuju tujuan tersebut, nah dari sini sejak sang anak tersebut dari TK , dia menaiki ke anak tangga SD, lalu ke SMP lalu ke SMA dan perkuliahan dengan semangat, sesampainya ditingkat klimaksnya anak tangganya ada yang patah dan dari sinilah semua ilmunya yang dia pelajari dari TK hingga kuliah diuji, patahnya anak tangga ini bisa jadi adalah sebuah cobaan yang menghampirinya sewaktu waktu tanpa diketahui, namun dengan semua pelajaran yang ia dapatkan  itu dapat memecahkan masalah tersebut.
Seperti yang dikatakan Fahd Djibran dalam buku Hidup Berawal dari Mimpi (2011: 26) , mungkin kadang kita merasa kecewa hari ini, kita merasa kalah hari ini, kita merasa hidup tak sehebat yang kita bayangkan , tapi hidup memang tak melulu soal kebahagaiaan. Kita juga harus ingat, bahwa saat-saat kita merasa kecewa dan kalah sesungguhnya merupakan sat-saat terkuat kita. Cita-cita adalah bagaimana kita meraih kebahagiaan. Menurut Fahd Djibran (2011: 36) , kebahagiaan adalah  soal bagaimana cara kita menjadi juara bagi diri sendiri. Yakinlah, dan terus melangkah, jangan biarkan diri kita dikalahkan oleh rasa takut dan ragu. Sebab , setiap orang adalah juara bagi dirinya sendiri.
Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang roboh  atau bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumahpun.
Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi dimana mereka atau apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka, tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan dijurusan tersebut dan peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah dijurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih?. Yang terjadi selanjutnya adalah disaat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi ditahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga. Tapi ingat waktu tak pernah menyediakan kesia-siaan bagi mereka yang berjuang dan bekerja keras.
Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung dalam sebuah kurungan ayam yang ditutupi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti gitar (musisi),spidol(pengajar/guru), sarung tinju (atlit), pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan benda apakah yang pertama kali diambi l oleh balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi.Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya.Dan membantu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah. Jadi inilah pentingnya kita harus mempunyai cita-cita. Tanpa cita-cita kita mempunyai tujuan hidup yang jelas seperti terkatung-terkatung ,mengikuti air mengalir.
Terkadang kita bertanya kepada diri sendiri serta rekan yang lain, tentang mau dijadikan seperti apa diri kita di masa depan nanti? Kalau boleh memilih, sudah tentu kita akan lebih memilih untuk menjadi orang sukses, iya kan? Kalau memang seperti itu, tapi kenapa sepertinya kita tidak ada usaha untuk meraih cita-cita sebagai orang sukses? Ini justru aneh kan?. Seharusnya kita bisa menyadari tentang arti sebenarnya dari meraih cita-cita, karena kita hanyalah manusia biasa yang mana memang hanya diberikan satu kesempatan untuk menjalani kehidupan. Dari kesempatan untuk bisa hidup yang telah diberikan kepada kita ini, apakah lantas kita akan menyia-nyakannya begitu saja?
“Hidup enggan mati pun tak mau” suatu istilah yang mungkin bisa menggambarkan kondisi dari mereka-mereka yang tidak pernah mau meraih cita-cita.Hidup semacam itu hanya berisi kebosanan dalam kesehariannya, tidak ada ambisi untuk meraih cita-cita, hidup mereka mengalir seperti air tanpa tujuan yang jelas. Mereka hanya mengikuti arus kehidupan, bukankah sangat membosankan hidup semacam itu? . Ingatlah kita hidup di dunia ini hanya sekali, jangan sampai kita meninggalkan dunia ini tanpa bisa mendapatkan suatu prestasi apapun.Orang yang tidak memiliki ambisi untuk meraih cita-cita adalah orang yang hanya hidup untuk menunggu mati.
Ada alasan tertentu kenapa pada waktu kita kecil dulu suka ditanya, “Kalau sudah besar nanti, apa cita-citamu?”. Karena begitu polosnya kita pada waktu itu, mungkin kebanyakan akan menjawab untuk bercita-cita sebagai seorang dokter, pilot, tentara, atau terkadang ada saja yang menjawab dengan kepolosannya itu kalau dia ingin masuk surga. Dan karena ketidaktahuan dari kita dengan maksud yang sebenarnya dari pertanyaan cita-cita itu, sehingga apa yang kita jawab pada waktu itu seakan tidak bisa mempengaruhi pikiran kita untuk meraih cita-cita itu. Seharusnya kita sadar untuk apa kita berusaha meraih cita-cita yang pernah kita ucapkan pada waktu kecil dulu, dengan begitu motivasi di dalam pikiran kita akan tumbuh. Cita-cita yang pernah kita sebutkan dulu bukanlah suatu hal yang bisa kita sepelekan, kenapa?.Karena yang namanya cita-cita adalah suatu motivasi sekaligus doa harapan bagi kita untuk menuju kehidupan masa depan yang terarah, karena jika kita mau berusaha untuk meraih cita-cita itu maka kita sudah memiliki jalur kesuksesan sendiri.
Menjalani kehidupan janganlah seperti air yang mengalir, meski mereka menuju satu tujuan tapi jalur mereka sangatlah tidak jelas.Mungkin saja air yang mengalir ini harus melewati berbagai tempat yang menjijikkan, apakah kita mau menjalani kehidupan semacam itu? .Maka dari itu, tentukan dan berusaha untuk meraih cita-cita mulai dari sekarang adalah hal yang sudah seharusnya kita lakukan untuk menuju kehidupan yang lebih baik di masa depan nanti. Meski jalurnya tidak mudah untuk dilewati, tapi selama kita tahu jalan-jalan yang harus dilalui maka kita tidak perlu untuk melewati jalur yang tidak kita inginkan seperti ilustrasi air tadi, dan itulah gunanya meraih cita-cita.

D.    Bagaimana kita sebagai tenaga pendidik membimbing peserta didik kita terutama anak SD agar mempunyai cita-cita ?
Sering kita mendengar ungkapan “jangan bercita-cita terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakit”. Tentu bila hal ini kita yakini dan menjadi alasan pembenaran agar kita tidak mempunyai cita-cita yang besar, maka akan sangat berbahaya apalagi bagi generasi muda,apalagi kesan itu kita terapkan di sekolah dasar. Sayang sekali kalau mereka harus hilang hanya karena masalah takut bercita-cita, padahal mereka mempunyai potensi luar biasa yang mampu mengubah dunia. Mereka hilang karena pasrah atau menyerah pada nasib. Atau potensi mereka hilang karena terlena dalam kenyamanan .
Kita sebagai pendidik tentunya memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk bercita-cita.Karena kita tahu, dengan memiliki cita-cita kita memiliki tujuan hidup. Tidak mudah terombah ambing. Dalam hal ini kita memberikan pengertian  kepada anak-anak dengan membiarkan mereka bermimpi dan bercita-cita setinggi mungkin. Memberikan semangat dengan dengan memberi penjelasan apa itu kerja keras. Karena cita-cita yang tinggi tentunya tidak mudah untuk diraih, harus dengan usaha dan kerja keras serta belajar dengan sungguh-sungguh.
Sebagai peserta didik , kita juga harus pintar mengenali bakat dan minat dari masing-masing murid. Jadi kita tahu, apa yang mereka sukai dan apa yang mereka minati. Dengan kita tahu hal tersebut, kita dapat lebih mudah mengarahkan sesuai dengan cita-cita dari masing-masing anak. Kita mengajarkan kepada peserta didik agar mereka menjadi pemimpin. Pemimpin bagi diri mereka sendiri. Pemimpin dalam meraih cita-cita mereka masing-masing.
Lihatlah bagaimana Allah mengajarkan kita agar menjadi seorang pemimpin, menjadi sorang panutan. Artinya Allah menyuruh kita untuk tidak menjadi orang yang tanggung-tanggung. Bila kita  mampu menjadi lentera badai lantas kenapa hanya mencoba untuk menjadi lilin. Bila kita  mampu menjadi seperti matahari yang dapat memberi manfaat kepada semesta lantas kenapa kita  memohon hanya untuk menjadi lampu kota. Tentunya kita sebagai peserta didik tidak ingin melihat anak didik kita sebagai lilin apalagi lampu kota. Besar peranan kita untuk memberi jalan kepada anak didik untuk meraih cita-citanya. Dengan semangat dan motivasi dari kita berikan akan berpengaruh besar dalam pencapain cita-cita dari anak didik kita nantinya. Kita mengajarkan kepada anak didik kita untuk memohon kepada Tuhan hal-hal yang tinggi, misal bercita-cita yang tinggi, contoh menjadi pilot, dokter, astronot, ilmuan, professor dan lain-lain. Tapi tetap tanamkan kepada anak didik kita sikap rendah hati, setinggi apapun kita bercita-cita, meraih ridho Allahlah yang paling tinggi dari semua yang dicita-citakan.
Dalam artikel Mengejar Mimpi , Imam Suyanto (diakses tanggal 24 Oktober 2013) menuliskan, Rosullulah mencontohkan kita untuk memohon surga, dalam hadits yang sudah kita ketahui bersama.Rasulullah S.A.W bersabda,”Sesungguhnya di surga terdapat 100 tingkatan yang disediakan Allah bagi yang berjihad di jalan-Nya.Jarak antara satu tingkat dengan tingkatan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Maka jika kalian minta kepada Allah mintalah Surga Firdaus.Sesungguhnya Firdaus itulah tempat terbaik dan tertinggi derajatnya. Di atas Firdaus terdapat Arsy Allah dan dari situ mengalir sungai-sungai surga ” (HR. Bukhari). Surga Firdaus, adalah surga yang paling tinggi derajatnya yang terletak di bawah Arsy Ar-Rahman. Rosulullah mencontohkan kita untuk memohon surga terbaik. Artinya kita diajarkan untuk meminta kepada Allah sesuatu yang tinggi.
Cita-cita seperti kemudi. Ketika kita punya cita-cita  kita akan memiliki arah hidup. Waktu kita akan terisi dengan kegiatan-kegiatan, perjuangan-perjuangan, dan  pencapaian-pencapain. Bayangkan bila kita tidak punya cita-cita. Kita akan berpeluang besar mengabiskan waktu, tenaga dan fikiran untuk sesuatu yang sia-sia. Kita bisa menjadi bimbang tak tau esok mau melakukan apa. Ya, karena tak punya cita-cita.Tak tahu mau dibawa kemana hidup kita.
Di dalam hidup, menurut Fahd Djibran (2011: 193-213) , kita harus mempunyai mimpi. Karena jika hidup berawal dari mimpi , kita mempunyai harapan,titik balik, hasrat, utopia, perspektif, kedewasaan, dan kepercayaan. Harapan membuat kita tidak lelah bermimpi. Barangkali kadang-kadang hidup memang tidak menyenangkan , tapi jangan padamkan mimpi. Jangan lelah bermimpi dan berharap. Putus asa hanya kata yang sia-sia. Di dalam kehidupan ada titik balik. Misal, kalau hari ini kamu tukang cuci,bermimpilah besok kamu akan jadi pemilik warung. Kalau kamu sudah jadi pemilik warung , bermimpilah tentang hal lain yang lebih besar . Masa depan kita dimulai dari impian dan cita-cita kita saat ini.
Seorang penyair pernah ditanya soal utopia. “Apa itu utopia?” tanya seorang kepadanya. “Utopia adalah sebuah titik , yang ketika kau berada disebuah horizon, titik itu berada sepuluh langkah dihadapanmu,” kata si penyair, “setiap kau mendekatinya sepuluh langkah , titik itu akan menjauh sepuluh langkah . Dan ketika kau berusaha menggapainya seribu langkah , titik itu selalu menjauh sebanyak langkah yang kau ambil,” lanjut si penyair. “Lalu apa pentingnya utopia?” Si penanya terus bertanya. “Itu tadi, utopia penting untuk dimiliki. Agar kau selalu melangkah , dan terus melangkah.” Ya utopia memang penting dimiliki, jadi kita dalam menggapai cita-cita kita terus berusaha untuk menggapainya . Jangan ragu saat menggapai cita-cita, karena pada saat menggapai impian dan cita-cita , kita tengah terus-menerus belajar untuk menjadi dewasa. Pada prinsipnya, semua perjalanan menuju impian , selalu adalah proses menuju kedewasaan. Dan kita percaya hidup berawal dari mimpi, kita memulai dengan impian , kemudian kita memperjuangkan dan mempertahankan impian itu bersama waktu yang terus berjalan.
Menurut Laras Dewantari (larasdewantari.blogspot.com, diakses tanggal 24 Oktober 2013), cara untuk  menggapai cita-cita adalah sebagai berikut :
Ada kalanya kita menilai diri kita itu bodoh, tidak berbakat dan hal buruk lainnya.Perlu diketahui bahwa manusia itu pada dasarnya tidak ada yang bodoh, hal tersebut hanyalah sesuatu yang bisa diatasi dengan berbagai cara, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut:
1. Kenali Minat
Seseorang yang dikatakan bodoh sekalipun, pasti memiliki suatu hal yang disukainya untuk itu penting untuk menentukan hal apa yang diinginkannya. Sebagai pendidik kita harus mengenali dengan baik bakat dan minat  dari peserta didik kita,hal itu mempermudah kita untuk memberikan jalan dalm mewujudkan cita-citanya.
2. Mendekat
Setelah anda tahu apa yang anda inginkan, kemudian anda harus mendekatkan diri terhadap hal tersebut, misalnya anak didik menyukai bidang olahraga  dan bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola,, maka arahkan peserta didik tersebut dalam bidang olahraga.
3. Fokus
Tidak banyak orang yang bisa melakukan 2 hal secara bersamaan dengan hasil yang baik, kita mengajarkan kepada peserta didik  fokus menjalani hal yang diinginkan pertama kali sampai tercapai dan barulah  menentukan keinginan yang lain.
4. Lawan rasa ragu
Hal yang harus anda hindari dalam rangka menginginkan sesuatu adalah melawan keraguan,kita harus menanamkan kepada anak didik rasa percaya diri.Percaya pada diri sendiri itulah kunci untuk melawan keraguan
5. Sabar
Tidak ada sesuatu cita-cita yang didapat secara instan, jadi teruslah berusaha dalam mencapai cita cita dengan rasa sabar dan jangan putus asa.
6. Perbanyak latihan
Sesuatu yang dilakukan secara terus menerus pasti akan membekas dalam diri masing-masing  peserta didik, hal apapun itu. terkait dengan hal yang diinginkan, cobalah melakukannya dengan intensitas yang lebih. Seperti yang kita tahu, cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika memiliki motivasi yang kuat dalam diri kita. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali kita menggapai apa yang kita cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut. Cita-cita merupakan ekspetasi untuk masa depan, jika kita menempatkannya 5 cm didepan kening kita, bukan tidak mungkin pasti cita-cita itu akan jadi kenyataan bukan angan-angan belaka. Mengapa? Jika kita meletakkan  5 cm didepan kening kita , kita senantiasa merasakan sebuah semangat untuk meraihnya. Tanamkan kepada peserta didik kita agar menempatkan cita-cita 5 cm didepan kening kita masing-masing, karena jika hal tersebut dilakukan bukan tidak mungkin , peserta didik akan semangat meraih dan menggapai cita-citanya masing-masing.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  • Cita-cita dapat diraih jika kita tetap bertekad untuk maju yang disertai doa , usaha , ikhlas dan tawakkal.
  • Sebagai peserta didik , kita harus memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk meraih cita-cita, karena dengan cita-cita , masing-masing peserta didik mempunyai tujuan hidup.
  • Letakkan cita-cita 5 cm didepan kening kita , kita senantiasa merasakan sebuah semangat untuk meraihnya.
B.    Saran
Penulis menyarankan jika kita mempunyai cita-cita, jangan menyerah untuk meraihnya. Tetap semangat walaupun hambatan datang silih berganti . Karena cita-cita bukan hanya sekedar angan atau mimpi belaka tapi suatu harapan yang harus diraih di masa yang akan datang.









Makalah tentang Cita-cita Makalah tentang Cita-cita Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com on Monday, March 06, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.