AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
1.
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah
perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi
kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam
perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Bidang akuntansi yang
menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting).
Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan
membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban
pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan
terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Perbedaan yang terdapat dalam akuntasi untuk perusahaan
manufaktur dengan perusahaan dagang,disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
sifat operasinya.ciri pokok operasi perusahaan dagang adalah menjual barang
dagangan tanpa mengolah lebih dahulu barang yang dibelinnya.dengan perkataan
lain perusaahaan dagang tidak melakukan proses produksi,sehingga barang yang
dibeli langsung dijual.dengan demikian penentuan harga pokok barang yang dibeli
maupun dijual dalam perusahaan dagang relative mudah.operasi perusahaan
manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang,karena perusahaan manufaktur
membuat sendiri barang yang akan dijualnya.Dalam perusahaan
manufaktur,penentuan harga pokok barang yang diproduksi dan harga pokok
penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit.perusahaan manufaktur
harus menggabungkan harga bahan yang dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan
biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan ini,marilah kita bandingkan harga pokok penjualan dalam laporan
rugi-laba perusahaan dagang degan laporan rugi-laba perusahaan manufaktur.
Perusahaan dagang
|
Perusahaan manufaktur
|
Harga
pokok penjualan :…………
Pers Awal brg dagangan……. Rp 14.200,00
Pembelian bers……………… 34.150,00
Barang tersedia dijual……… Rp 48.350,00
Pers. akhir brg dagangan…… 12.100.00
Harga pokok penjualan…… .Rp 36.250.00
|
Harga
Pokok Penjualan :
Pers. Awal Barang Jadi………Rp 11.200,00
Harga
Pokok Produksi
(Lihat
LaProd Poran
Harga
Pokok uksi) …….… 170.500,00
Barang
Tersedia Dijual Rp.181.700,00
Pers
Akhir Barang
Jadi 10.300,00
Harga pokok penjualan……Rp.171.400,00
|
Perbedaan ini timbul karena perusahaan dagang langsung
menjual barang yang dibelinya,sedangkan peusahaan manufaktur harus membuat dulu
barang yang akan dijualnya.Laporan
harga pokok produksi menujukkan biaya untuk menghasilkan produk yang
dihasilkan perusahaan manufaktur.Adanya perbedaan catatan dan teknik yang
digunakan dalam akuntansi untuk biaya-biaya ini,menyebabkan timbulnya perbedaan
dalam karakteristik akuntansi perusahaan manufaktur.
2.
Kegiatan dan Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Pada perusahaan dagang, persediaan barang dagang diperoleh
dengan membeli barang tersebut dari pedagang besar lainnya atau langsung
membeli dari produsen.Tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan bentuk, barang
tersebut kemudian dijual kembali. Pada perusahaan manufaktur (manufacturing
company), persediaan barang yang siap untuk dijual merupakan hasil proses
produksi dengan pemakaian sejumlah bahan baku dan penggunaan sumber daya tenaga
kerja dan kapasitas pabrik seperti mesin.
3.
Elemen-elemen Biaya Produksi
Dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu
produk,perusahaan manufaktur biasanya mengeluarkan berbagai macam biaya.Biaya
yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 golongan besar,yakni
:bahan langsung,tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik.
a.
Bahan Langsung
Bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi
disebutbahan langsung.sebagai
contoh,bahan langsung dalam sebuah pabrik sepatu terdiri dari
kulit,kain,benang,paku,dan lem. Bahan langsug harus dibedakan daribahan tak langsung yang meliputi
bahan-bahan perlengkapan pabrik seperti minyak dan oli mesin,bahan bakar dan
sebagainya.bahan tak langsung digunakan dalam proses produksi,tetapi tidak
menjadi bagian dari produk jadi.oleh karena itu,biaya bahan tak langsung
menjadi sukar untuk ditelusuri ke unit barang tertentu atau proses tertentu Itulah
sebabnya, dalam akuntansi untuk biyaya produksi, biaya bahan tak langsung
diperlukan sebagai overhead pabrik.
Barang-barang yag dibeli perusahaan untuk digunakan dalam
proses produksi disebut bahan baku(raw
material).biasanya bahan baku digunakan dalam proses produksi,seperti halnya
bahan langsung.pada saat dibeli bahan tersebut didebet ke rekening pembelian
bahan baku.akan tetapi jika bahan yang dibeli tersebut akan digunakan sebagai
bahan tak langsung,maka rekening yang digunakan adalah perlengkapan pabrik.
b.
Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses mengubah
bahan menjadi produk jadi disebut tenaga
kerja langsung.tenaga kerja tak langsung digunakan dalam proses
produksi tetapi tidak bias dihubungkan atau diterapkan pada suatu produk
tertentu.oleh karena itu tenaga kerja tak langsung tidak dapat dengan mudah
dihubungkan atau dibebankan pada unit atau proses tertentu. Contoh tenaga kerja
tak langsung adalah tenaga pengawas,tenaga pemeliharaan mesin,dan tenaga
pembersih.
Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja
langsung dalam system akuntansi umum disebut tenaa kerja langsung.Sedangkan
biaya kerja tak langsung dicatat dalam satu atau beberapa rekening tenaga kerja
tak langsung.
c.
Overhead Pabrik
Biaya-biaya produksi lain,selain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung disebut overhead pabrik.Biaya-biaya
ini disebut juga biaya produksi tak langsung.Contoh biaya overhead pabrik
adalah:
Contoh
overhead pabrik
Tenaga
kerja tak
langsung
Biaya listrik pabrik
Bahan
tak langsung
:
Biaya gas pabrik
Bahan
Pembersih
Depresiasi mesin dan peralatan
Bahan
Pelumas (oil
dll)
Amortisasi hak paten
Bahan
bakar (solar
dll)
Penghapusan
alat-alat kerja kecil
Reparasi
gedung dan peralatan
pabrik
Asuransi tenaga kerja
Asuransi
peralatan
pabrik
Pajak penghasilan tenaga kerja
Pajak
bangunan
pabrik
Pabrik
|
4.
Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period
Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang
dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri
dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya
pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan
barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya
yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya
yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi
(semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak
langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam
proses pada akhir periode. Biaya overhead ini seringkali tidak dapat
diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan
secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses
produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai
biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya
yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat
dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang
dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya
yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah
menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya
periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau
terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya
ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan
atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya
yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau
prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah,
alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban
masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke
dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban
depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya
overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk
kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan
jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi
pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban
adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor
atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat
mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena
berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan
diukur.
a.
Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu
periode disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of
goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi.
Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses
awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban
pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga
produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan
bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi
Perusahaan Manufaktur
Seperti
telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap
pengikhtisaran yang terdiri dari:
a)
Tahap pencatatan
1.
Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2.
Pencatatan dalam jurnal
3.
Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
b)
Tahap pengikhtisaran
4.
Pembuatan neraca saldo
5.
Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6.
Penyusunan laporan keuangan
7.
Pembuatan jurnal penutup
8.
Pembuatan neraca saldo penutup
9.
Pembuatan jurnal balik
b.
Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang,
dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran
kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan
dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan
baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain
yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur
dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang
untuk produksi tidak dicatat.
Jadi,
seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya
digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode.
Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan
akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan
penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir)
dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
c.
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat
dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan
tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan
jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya
dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat
jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
d.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan
pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan
pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan
mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan
pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening
tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku
besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik
sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke
dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya
overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku
pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan
biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal
penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar
Beban pokok produksi.
e.
Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung
terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan
informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan
harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang
belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi
untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan
sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok
produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai
persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai
persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir
periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik.
Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung
nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila
ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase
yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat
nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi
nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat
jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal
dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal
penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada
akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal
penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
5.
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan perusahaan manufaktur
hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak
pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan
Rugi-Laba.
6.
Neraca
Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang
dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Neraca sebagian
31 Desember 2010
|
Perusahaan Manufaktur
Neraca sebagian
31 Desember 2010
|
||||
Aktiva
Lancar:
|
Aktiva
Lancar:
|
||||
Kas
|
Rp
1.000
|
Kas
|
Rp
1.200
|
||
Piutang
(bersih)
|
13.000
|
Piutang
(bersih)
|
4.000
|
||
Persediaan Barang Dagangan
|
9.000
|
Persediaan:
|
|||
Sewa
Dibayar di Muka
|
2.900
|
Barang Jadi
|
Rp
15.000
|
||
25.900
|
Barang Dalam Proses
|
18.000
|
|||
Bahan Baku
|
9.000
|
||||
Rp 42.000
|
|||||
Sewa
Dibayar di Muka
|
1.600
|
||||
RP 48.800
|
7.
Laporan Rugi-Laba
Perbandingan
bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara Perusahaan Dagang dan
Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
|
|
Harga
Pokok Penjualan:
|
|
Persediaan Barang Dagangan 1 Januari …………
|
Rp
10.000
|
(+)
Pembelian Bersih …………………..…………..
|
99.250
|
Barang
Tersedia Untuk Dijual ……………………
|
Rp
109.250
|
(-)
Persediaan Barang Dagangan 31 Desember …….
|
9.000
|
Harga
Pokok Penjualan …………………………….
|
Rp
100.250
|
Perusahaan Manufaktur
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
|
|
Harga
Pokok Penjualan:
|
|
Persediaan
Barang Jadi 1 Januari ………………….
|
Rp
12.000
|
(+) Harga Pokok Produksi (lihat
skedul) ……………
|
688.000
|
Barang
Tersedia Untuk Dijual ……………………….
|
Rp
700.000
|
(-)
Persediaan Barang Jadi 31 Desember ………….
|
15.000
|
Harga
Pokok Penjualan
|
Rp
685.000
|
Komponen yang berbeda digambarkan
secara skematis sebagai berikut:
Perusahaan Dagang:
Persediaan Barang Dagangan
(Awal) + Pembelian
Bersih - Persediaan
BarangDagangan (Akhir) =
Harga PokokPenjualan
Perusahaan Manufaktur:
Persediaan Barang Jadi
(Awal) + Harga Pokok Produksi
- Persediaan BarangJadi (Akhir)
= Harga PokokPenjualan
Pada perusahaan manufaktur diperlukan
banyak rekening untuk menentukan harga pokok produksi, tetapi dalam Laporan
Rugi-Laba hanya disajikan totalnya saja, sedangkan rinciannya disajikan dalam Skedul
Harga Pokok Produksi.
Contoh Skedul Harga Pokok Produksi (merupakan
lampiran Laporan Rugi-Laba di atas):
Skedul Harga Pokok Produksi
Tahun 2015
|
|||
Persediaan Barang Dalam Proses 1
Januari …………………..
|
Rp
10.000
|
||
Ditambah:
|
|||
Bahan Baku:
|
|||
Persediaan 1 Januari ………………..
|
Rp
5.000
|
||
Ditambah: Pembelian ……………….
|
100.000
|
||
Tersedia Dipakai …………..………...
|
Rp105.000
|
||
Dikurangi : Persediaan 31 Desember
|
9.000
|
||
Bahan Baku Dipakai ………………………………..
|
Rp
96.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja Langsung …………………….….
|
200.000
|
||
Biaya Overhead Pabrik:
|
|||
Tenaga Kerja Tidak Langsung ..……
|
Rp
50.000
|
||
Listrik dan Air …………………………
|
140.000
|
||
Bahan Habis Pakai Pabrik ………….
|
30.000
|
||
Penyusutan Gedung Pabrik ………...
|
120.000
|
||
Penyusutan Mesin …………………...
|
60.000
|
||
Total Biaya Overhead Pabrik ………………………
|
400.000
|
||
Total Biaya Produksi tahun ini ……………………………………
|
696.000
|
||
Total
Biaya Barang Dalam Proses …………………………………
|
Rp
706.000
|
||
Dikurangi:
|
|||
Persediaan Barang Dalam Proses 31 Desember ……………..
|
18.000
|
||
Harga
Pokok Produksi ………………………………………………
|
Rp 688.000
|
||
8.
Harga Pokok
Produksi
Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods
Manufactured) merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.
Biaya-biaya tersebut terdiri dari:
Biaya Bahan Baku (disingkat BBB)
Biaya Tenaga Kerja Langsung ( disingkat
BTKL)
Biaya Overhead Pabrik (disingkat BOP)
a.
Biaya Bahan Baku
Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh substansi /
materi pokok yang terdapat pada barang jadi.
Bahan baku merupakan bagian Barang jadi
yang dapat ditelusur keberadaannya.
Bahan baku pada sebuah pabrik dapat
berasal dari Barang jadi pabrik yang lain.
b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung
terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun
dengan bantuan mesin.
Tenaga kerja langsung memperoleh
kontraprestasi yang dikategorikan sebagai Biaya tenaga kerja langsung. Jadi, Biaya
Tenaga Kerja Langsung adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga
kerja langsung.
c.
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan,
yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik, a.l.:
Biaya tenaga kerja tidak langsung,
seperti Upah pengawas, mandor, mekanik, bagian reparasi, dll
Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam
bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, tetapi kuantitasnya sangat kecil
dan tidak dapat ditelusur keberadaannya pada barang jadi.
Biaya penyusutan gedung pabrik, Biaya
penyusutan mesin, dll.
9.
Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi perusahaan manufaktur
sama dengan siklus akuntansi perusahaan dagang.
Akuntansi perusahaan manufaktur dengan
sistem fisik:
1.
Rekening Persediaan Bahan Baku hanya
digunakan untuk mencatat nilai bahan baku yang masih tersisa, baik di awal
maupun akhir periode.
2. Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan
Baku, tetapi dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat pada
jurnal berikut:
Mei
|
17
|
Pembelian Bahan Baku
Kas / Utang Dagang
|
Rp
100.000
|
Rp
100.000
|
3. Rekening Persediaan Barang DalamProses hanya digunakan untuk mencatat nilai
barang yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir periode.
4.
Rekening Persediaan Barang Jadi hanya
digunakan untuk mencatat nilai barang jadi pada awal dan akhir periode.
5. Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penyesuaian
untuk perusahaan dagang.
6.
Neraca Lajur untuk perusahaan
manufaktur pada prinsipnya sama dengan neraca lajur untuk perusahaan dagang,
tetapi ditambahkan kolom untuk skedul harga pokok produksi.
Contoh Neraca Lajur Sebagian:
Perusahaan
Manufaktur
Neraca
Lajur sebagian
Periode
tahun 2010
|
||||||||
Nama Rekening
|
NSSD
|
Harga Pokok Poduksi
|
Laporan Rugi-Laba
|
Neraca
|
||||
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
|
|
Persediaan Barang
Jadi
|
12.000
|
12.000
|
15.000
|
15.000
|
||||
Persed. Barang Dlm.
Proses
|
10.000
|
10.000
|
18.000
|
18.000
|
||||
Persediaan Bahan
Baku
|
5.000
|
5.000
|
9.000
|
9.000
|
||||
Pembelian Bahan
Baku
|
100.000
|
100.000
|
||||||
Biaya Tenaga Kerja
Lgsg.
|
200.000
|
200.000
|
||||||
Biaya Tenaga Kerja Tak Lgsg.
|
50.000
|
50.000
|
||||||
Biaya Listrik dan
Air
|
140.000
|
140.000
|
||||||
Biaya Bahan Habis
Pakai
|
30.000
|
30.000
|
||||||
Biaya Penyst.
Gedung Pabrik
|
120.000
|
120.000
|
||||||
Biaya Penyst. Mesin
|
60.000
|
60.000
|
||||||
Biaya Pemasaran
|
40.000
|
40.000
|
||||||
Penjualan
|
1.500.000
|
1.500.000
|
||||||
……….
|
………..
|
715.000
|
27.000
|
|||||
Harga Pokok
Produksi
|
688.000
|
|||||||
715.000
|
715.000
|
10.
Jurnal Penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan
perusahaan dagang. Dalam perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi
digunakan untuk menutup semua rekening yang akan dilaporkan di Skedul Harga
Pokok Produksi. Saldo rekening ini kemudian ditransfer
ke rekening Ikhtisar Rugi-Laba.
Des.
|
31
|
Harga Pokok Produksi
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku
Pembelian Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Tak
Langsung
Biaya Listrik dan Air
Biaya Bahan Habis Pakai
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik
Biaya Penyusutan Mesin
(untuk menutup rekening-rekening Persediaan Bahan Baku awal, Barang Dalam
Proses awal, dan rekening-rekening Biaya produksi)
|
Rp
715.000
|
Rp
10.000
5.000
100.000
200.000
50.000
140.000
30.000
120.000
60.000
|
31
|
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku
Harga Pokok Produksi
(untuk mencatat persediaan akhir barang dalam proses dan bahan baku)
|
Rp
18.000
9.000
|
Rp
27.000
|
|
31
|
Persediaan Barang Jadi
Penjualan
Ikhtisar Rugi-Laba
(untuk mencatat persediaan akhir barang jadi dan menutup rekening
penjualan)
|
Rp
15.000
1.500.000
|
Rp
1.515.000
|
|
31
|
Ikhtisar Rugi-Laba
Persediaan Barang Jadi
Harga Pokok Produksi
(untuk menutup rekening persediaan awal barang jadi dan harga pokok
produksi)
|
Rp
700.000
|
Rp
12.000
688.000
|
|
31
|
Ikhtisar
Rugi-Laba
Biaya Pemasaran
(untuk
menutup biaya pemasaran)
|
Rp
40.000
|
Rp
40.000
|
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Monday, January 02, 2017
Rating:
No comments: