Negara Kamboja Lengkap
KAMBOJA
Kerajaan
Kamboja atau Kamboja
adalah sebuah negara
berbentuk monarki konstitusional di Asia Tenggara.
Negara ini merupakan penerus Kekaisaran
Khmer yang pernah menguasai seluruh Semenanjung
Indochina antara abad ke-11 dan 14. Nama resmi negara ini dalam
bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia),
merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk KâmpÅchéa.
Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្áž–ុជា).
Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Kamboja
(Bahasa Khmer: áž–្ážšះážšាជាណាចក្រកម្áž–ុជា. Dibaca: Kampuchea). Secara resmi
bernama Kerajaan Kamboja, adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya
adalah 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand
di sebelah barat, Laos
di sebelah utara, Vietnam di sebelah timur, dan Teluk
Thailand di selatan. Sungai Mekong
dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini. Negara ini merupakan penerus
Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Indochina antara abad ke-11 dan
14.
Negara
Kamboja (Bahasa Khmer : រដ្áž‹ កម្áž–ុជា) adalah nama resmi dari Kamboja 1989
sampai 1993 .Nama Kamboja ini tidak diakui secara internasional. Ibu kota Kamboja
yaitu Phnom Penh, Bahasa Nasional kamboja yaitu Bahasa Khmer, Negara Kamboja
berasal dari Republik Rakyat Kamboja , yang didirikan pada tahun 1979 setelah
negara yang didirikan oleh Pol Pot dan Khmer Merah nya yang dinamakan Republik
Demokratik Kampuchea dikalahkan. Republik Rakyat Kampuchea, bagaimanapun tetap
berdiri dengan hanya pengakuan beberapa negara, seperti Vietnam dan Uni Soviet
. Dalam PBB Kamboja (atau Kampuchea) tetap diwakili oleh rezim Demokratik
Kamboja. Untuk mengandalkan masyarakat internasional lebih simpatik di Republik
Rakyat Kamboja pada tahun 1989 negara ini berganti nama menjadi Negara Kamboja
dan pada 1991) struktur pemerintahan komunis negara dihapuskan. Pada 15 Maret
1992 negara ini berakhir ketika pemerintah Kamboja diambil alih oleh
Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja.
Sejarah
Perkembangan
peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad ke-3,4 dan 5 Masehi,
negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah
Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India.
Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa
pada abad ke-9 sampai abad ke-13.
Kerajaan
Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor,
sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat,
yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada
tahun 1432,
Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota
dari Angkor ke Lovek, di mana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek
adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh
Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah
Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad
berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara
bergilir.
Pada
tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada
Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak
Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap
yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja
pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja
dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953,
sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an,
akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November
1953. Kamboja
menjadi sebuah kerajaan konstitusional di bawah kepemimpinan Raja Norodom
Sihanouk.
Pada
saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal
ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon Nol
dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan
Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan
untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai
kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang
saudara timbul di Kamboja.
Khmer
Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format
Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot.
Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk
dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil
pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan
Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di
Kamboja.
Pada
November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida
besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian
mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk
mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang,
Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang,
walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang
gagal terjadi pada tahun 1997.
Politik di Kamboja
Politik
nasional di Kamboja mendapat tempat ketika pembuatan konstitusi nasional pada
tahun 1993. Pemerintahan adalah monarki konstitusional dan dijalankan sebagai
demokratik parlementer.
Sistem
parlemen Kamboja adalah bikameral. Di mana dibagi menjadi dewan rendah, majelis
nasional, atau Radhsphea dan sebuah dewan tinggi, senat, atau Sénat. 123 kursi
anggota majelis terpilih untuk masa jabatan 5 tahun. Senat mempunyai 61 kursi,
dua di antaranya dipilih oleh raja dan dua lainnya oleh majelis nasional, dan
sisanya dipilih melalui pemilihan umum di 24 provinsi di Kamboja. Masa jabatan
senat adalah 6 tahun.
Partai
Rakyat Kamboja adalah partai utama di Kamboja. Partai ini menempati 73 kursi di
majelis nasional dan 43 kursi di senat. Oposisi Partai Sam Rainsy adalah partai
terbesar kedua di Kamboja dengan 26 kursi di majelis nasional dan 2 kursi di
senat.
Kamboja
merupakan salah satu negara dengan pemerintahan terkorup di dunia.
Militer di Kamboja
Angkatan
Darat Kerajaan Kamboja, Angkatan Laut Kerajaan Kamboja, Angkatan Udara Kerajaan
Kamboja, dan Polisi Militer Kerajaan Kamboja merupakan bagian dari Angkatan
Bersenjata Kerajaan Kamboja, dalam komando dari Kementrian Pertahanan Kerajaan
Kamboja, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Kamboja.
Awal
dari revisi struktur komandi pada awal tahun 2000 menjadi kunci pembentukan
militer Kamboja. Pada tahun 2010, Angkatan Besenjata Kerajaan Kamboja memiliki
sekitar 210.000 pasukan. Militer Kamboja menghabiskan 3% anggaran negara.
Polisi
Militer Kerajaan Kamboja memiliki lebih dari 7.000 pasukan. Mereka bertugas
untuk menjaga keamanan, untuk menginvestigasi dan menanggulangi kejahatan dan
terorisme, untuk menjaga wilayah dan bangunan yang dilindungi, dan untuk
mambantu dan mengevakuasi penduduk dari bencana dan konflik.
Agama
Agama
Buddha Theravada adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar
95% dari total penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja.
Agama
terbesar kedua adalah Islam yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka
kebanyakan tinggal di Provinsi Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di
negara ini.
Satu
persen penduduk Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah
Kristen Katolik diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000
penduduk beragama Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk
Kamboja.
Agama
Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan
orang Vietnam di Kamboja.
Pendidikan
Kementrian
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kerajaan Kamboja bertugas untuk membuat
kurikulum untuk pendidikan di Kamboja. Sistem pendidikan di Kamboja sangat
terpusat. Konstitusi Kamboja memberikan pendidikan gratis selama 9 tahun.
Sensus
2008 menunjukan bahwa 77,6% penduduk adalah terpelajar (85,1% laki-laki dan
70,9% perempuan). Secara tradisional, pendidikan di Kamboja diajarkan oleh para
bhiksu.
Kesehatan
Angka
harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada
tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8
tahun untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan
Kamboja berencana untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan
menanggulangi HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan
untuk kesehatan adalah 5,8%.
Pembagian administratif
Kamboja
dibagi menjadi 20 provinsi (khett) and 4 kota praja (krong).
Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik(srok),
komunion (khum), distrik besar (khett), and kepulauan(koh).
- Kota Praja (Krong):
- Phnom Penh
- Sihanoukville (Kampong Som)
- Pailin
- Kep
- Provinsi (Khett):
- Banteay Meanchey, Battambang, Kampong Cham, Kampong Chhnang, Kampong Speu, Kampong Thom, Kampot, Kandal, Koh Kong, Kratié, Mondulkiri, Oddar Meancheay, Pursat, Preah Vihear, Prey Veng, Ratanakiri, Siem Reap, Stung Treng, Svay Rieng and Takéo
- Kepulauan (Koh):
Geografi
Danau Tonle Sap
Kamboja
mempunyai area seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand
di barat dan utara, Laos di timur laut dan Vietnam di timur dan tenggara.
Ketampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine
yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah
Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
Ketampakan
geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang
terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung
Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
- Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand, Vietnam dan Laos
- Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
- Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
- Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand 803 km, Vietnam 1.228 km
- Garis pantai : 443 km
- Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember sampai april); sedikit variasi temperatur musiman
- Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese, phospates, hydropower potential
Isu
lingkungan Negara kamboja adalah penebangan kayu illegal di sepanjang wilayah
Negara, penambangan liar untuk batu berharga di wilayah barat perbatasan
Thailand menyebabkan hilangnya habitat dan berkurangnya biodiversity
(khususnya, perusakan rawa bakau yang mengancam perikanan alami); erosi tanah;
di wilayah rural, sebagian besar populasi tidak memiliki akses air yang layak,
penurunan persediaan ikan akibat penangkapan ikan yang ilegal dan berlebihan.
Letak
geografis negara beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara
anggota ASEAN. Wilayah bagian tengah Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan
yang dikelilingi oleh dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai
Mekong yang merupakan sungai terpanjang di negara ini. Sebelah tenggara
cekungan terdapat delta Sungai Mekong, sedangkan di sebelah utara dan barat
daya cekungan terdapat beberapa rangkaian pegunungan. Di bagian timur Kamboja
berupa dataran tinggi. Ketampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah
adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung
tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813
mdpl.
Secara
menyeluruh, bentuk wilayah Kamboja menyerupai piring. Di bagian tengahnya
terdapat dataran besar Tonle Sap, sedangkan bagian tepi dibentuk oleh deetan
pegunungan. Di sebelah utara terdapat Pegunungan Dong Rek (Phanon Dang Reh) dan
di bagian barat terdapat Pegunungan Cardamon. Barisan pegunungan itu memiliki
ketinggian 750 – 900 meter. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnum Aoral
(1.771 m). Di bagian timur dapat dijumpai Plato Rotanikiri dan Plato Mondol.
Danau
Tonle Sap memiliki ciri geografis yang luar biasa. Air danau berasal dari
Sungai Tonle Sap, yaitu anak Sungai Mekong yang meluap pada bulan Mei dan
Oktober. Dalam bulan-bulan itu cabangcabang Sungai Mekong di wilayah Vietnam
bagian selatan tidak mampu menampung luapan air itu. Akibatnya, luapan air
kembali ke Sungai Bassac dan Sungai Tonle Sap, sehingga membanjiri daerah
sekitar danau. Pada puncaknya, banjir tersebut akan melipat gandakan luas
permukaan air danau.
Jika
semula luas permukaannya hanya 3.000 km2 , maka oleh luapan banjir akan menjadi
10.000 km2 lebih. Gejala tersebut menguntungkan bagi kegiatan perikanan darat
di Kamboja.
Daerah
pantai sepanjang 560 km di tepi Teluk Thailand berupa tanah berbatu-batu.
Dataran pantainya sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh Pegunungan
Elephant yang membujur ke arah pantai. Wilayah tersebut memiliki pelabuhan alam
terbaik yaitu di Teluk Kompong Som dan beberapa pulau di lepas pantai.
Kamboja
memiliki banyak varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat 212 spesies mamalia, 536
spesies burung, 240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di area Danau
Tonle Sap), dan 435 spesies ikan air laut.
Laju
deforestasi di Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun
1969, luas hutan di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun
menjadi hanya 3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi
hutan.
Sebenarnya,
Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun
belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir,
Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka
kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian
padi merupakan tanaman utama, terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat
Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong
Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat
kelebihan padi untuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah
merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor
utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di
tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama
diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di
pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman
kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain.
Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap,
sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
Perikanan
merupakan kegiatan kedua di negara ini, kebanyakan para petani menjadi nelayan
pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan
50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi
kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan
paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan
bahan ekspor.
Bahan
galian (pertambangan) kurang penting, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan
biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom
Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
Iklim di Kamboja
Iklim
Kamboja didominasi oleh monsun. Rata-rata suhu di Kamboja antara 21 sampai
35 °C. Kamboja memiliki dua musim. Musim hujan terjadi pada Mei sampai
Oktober, rata-rata suhu saat musim hujan adalah 22 °C. Musim kemarau
berlangsung dari November sampai April dan suhu rata-ratanya bisa mencapai
40 °C pada bulan April. Bencana banjir pernah terjadi pada tahun 2001 dan
kembali terjadi pada tahun 2002.
Keanekaragaman Hayati
Kamboja
memiliki banyak varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat sedikitnya 212 spesies
mamalia, 536 spesies burung, 240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di
area Danau Tonle Sap), dan 435 spesies ikan air laut.
Laju
deforestasi di Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun
1969, luas hutan di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun
menjadi hanya 3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi
hutan.
Penduduk
Kamboja
merupakan negara yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan
jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia
Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja,
seperti : Indonesia dengan 210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa,
Philipina dengan 73 juta jiwa, Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta
jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang
kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki
jumlah penduduk sekitar 3.4 juta jiwa.Pada tahun 1975,
Selama
empat tahun masa kekuasaan dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis
menjadi hanya 6 juta jiwa, banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah
tetapi ada juga yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang
cukup besar, terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang
dominan di Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah
keseluruhan penduduk kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu
diikuti oleh orang-orang dari etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham,
serta yang terakhir adalah beberapa dari suku primitif.
Agama
Buddha Theravada adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar
95% dari total penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja .Agama terbesar kedua
adalah Islam yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal
di Provinsi Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini. Satu
persen penduduk Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah
Kristen Katolik diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000
penduduk beragama Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk
Kamboja. Agama Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga
Tionghoa dan orang Vietnam di Kamboja.
Angka
harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada
tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8
tahun untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja
berencana untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan
menanggulangi HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan
untuk kesehatan adalah 5,8%.
Budaya
di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya
dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian
Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan
tarian sosial.
Ekonomi
Perekonomian
di Kamboja ditopang oleh sektor pertanian. Sekitar 80% lahan pertanian ditanami
padi. Daerah penanaman padi berada di dataran besar Tonle ap dan sekitar Sungai
Mekong. Hasil pertanian lainnya mmeliputi karet, umbi-umbian, jagung, buncis,
dan tembakau. Kegiatan industri meliputi industri semen dan pengolahan karet.
Pada
tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada
saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak
terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa
perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya
manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran
Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut
semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya
rezim Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa
lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama
Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan
penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras,
jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan
hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja
adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Tahun
1999, tahun pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat kemajuan
dalam reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil
Bilateral, yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan
bonus karena memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja
Kamboja dan standar tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari
2001 sampai 2004, ekonomi tumbuh rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di
bidang garmen dan pariwisata. Dengan berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan
Pakaian tahun 2005, produsen tekstil di Kamboja terpaksa bersaing dengan negara
produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina dan India. Walaupun
pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang diharapkan untuk
kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di 2005.
berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari
200.000 mata pencaharian mungkin terancam.
Pemerintah
Kamboja berkomitmen untuk membuat kebijakan yang mendukung standar tenaga kerja
yang tinggi sebagai usaha untuk berada di posisi pembeli. Industri pariwisata
terus tumbuh dengan pesat, dengan turis asing yang datang lebih dari 1 juta
sampai September 2005. di 2005, persediaan minyak dan gas alam yang dapat
dieksploitasi ditemukan di bawah wilayah perairan Kamboja, menciptaka pemasukan
baru untuk pemerintah saat penambangan komersial dimulai tahun mendatang.
Pembangunan ekonomi jangka panjang tetap menjadi tantangan. Pemerintah Kamboja
terus bekerja dengan pendonor bilateral dan multilateral, termasuk IMF dan Bank
Dunia, untuk menyampaikan kebutuhan Negara yang mendesak. Desember 2004,
pendonor resmi memeberikan $504 juta sebagai bantuan untuk 2005 dengan syarat
pemerintah Kamboja melakukan langkah-langkah untuk mengurangi korupsi. Tantangan
ekonomi besar untuk Kamboja untuk satu decade ke depan adalah untuk menciptakan
lingkunag perekonomian di mana sector swasta dapat menciptakan pekerjaan yang
cukup untuk mengatasi ketidakseimbangan demografi Kamboja. Lebih dari 50% dari
populasi berusia 20 tahun atau kurang. Populasi kurang memiliki pendidikan dan
kemampuan yang produktif, khusunya di wilayah yang didominasi kemiskinan yang
menderita karena kekurangan infrastruktur dasar. Sebesar 75% dari populasi
tetap terlibat dalam pertanian yang sudah kukuh. Perekonomian Kamboja sempat
turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja
menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja
meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan
dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun
2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama
kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang
pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di
Kamboja.
Perlambatan
ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing
dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pada
tahun 2009 Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja tahun
2009 menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global
berdampak buruk di negeri ini.
IMF
pada awal tahun 2009 memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi
sekarang melihat kontraksi 2,75 persen karena ekonomi “tidak bekerja sebaik
yang diperkirakan” di beberapa daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan
setelah kunjungan untuk mengevaluasi pembangunan.
Perekonomian
Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun
1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita
Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur
masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi
masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil
juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.
Perlambatan
ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi
asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong
terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pertumbuhan
ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata,
garmen dan properti. Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS
per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang
digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.
Perekonomian
Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun
1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per
kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi
andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa,
selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam
perekonomian di Kamboja.
Setelah
beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan
ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada
tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara
tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%.
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun
1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah
berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per
kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan
diprediksikan sebesar US$735 (2010).
Produk
utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil
meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun
2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi.
Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.
Pemerintah
Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per
hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi
pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan,
singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.
Guna
mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen
mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi
ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.
Sektor
garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor
penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen
menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor
Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor
sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor
garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah
Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua
wilayah ekonomi tersebut.
Peningkatan
signifikan terjadi pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah
wisatawan sebesar 12.39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2009.
Diprediksikan bahwa total wisatawan pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang
atau mengalami peningkatan sebesar 12 %.
Tempat
tujuan wisata utama Kamboja adalah Provinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi
Angkor Wat-nya, yang pada pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan
wisatawan sebesar 640,944 atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.
Sektor
properti pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena
penurunan spending untuk megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya
investasi dari US$ 815 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.
Pada
tahun 2011 pendapatan per kapita di Kamboja adalah sekitar $2.470 sampai
$1.040. Pendapatan per kapita di Kamboja terus meningkat tetapi termasuk rendah
dibandingkan negara lain di sekitarnya. Masyarakat kebanyakan bergantung kepada
pertanian dan beberapa sektor lainnya. Nasi, ikan, kayu, tekstil, dan karet
adalah ekspor utama Kamboja.
Perekonomian
Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun
1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per
kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001.
Perlambatan
ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing
dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Industri
pariwisata adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri
tekstil. Antara Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan
asing, meningkat 18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi
Siem Reap dan sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan
wisatawan datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan
Prancis. Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik,
sabun, rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol
yang di dalamnya terdapat wine beras.
Sektor
garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor
penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen
menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor
Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi
ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan
impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja
adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke
kedua wilayah ekonomi tersebut.
Kamboja
merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian,
kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu
yang paling berharga dan penghasil permata yang paling produktif di dunia
(kecuali berlian). Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang
subur karena di sana terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai
Mekong.
Sebenarnya,
Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun
belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir,
Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka
kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian
padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap,
istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di
selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih
terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah
merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor
utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di
tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama
diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di
pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman
kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan
lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan
Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan
tikar kasar.
Perikanan
merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi
nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang
menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya
meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah
padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah
dijadikan bahan ekspor.
Bahan
galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan
biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom
Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
Pariwisata
Industri
pariwisata adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri
tekstil. Antara Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan
asing, meningkat 18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi
Siem Reap dan sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan
wisatawan datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan
Prancis. Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik,
sabun, rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol
yang di dalamnya terdapat wine beras.
Budaya
Budaya
di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya
dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola.
Budaya
di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya
dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian
Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan
tarian sosial.
Di
Kamboja terdapat beberapa tempai dengan akses internet gratis untuk publik
seperti di kedai kopi, bar, restoran, dan SPBU. Kebanyakan masyarakat Kamboja
menjelajah internet dengan menggunakan modem USB dan ponsel dengan biaya
sekitar $12 per bulannya.
Seni
dan pertunjukan tradisional biasanya digunakan sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat Khmer pada beberapa abad lalu, seperti yang digambarkan pada pahatan
timbul Angkor Wat. Bagaimanapun, saat Khmer Merah memerintah di Kamboja dari
tahun 1975 hingga 1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan,
termasuk kuil-kuil. Banyak juga penari, penyanyi, dan artis yang dibunuh.
Sekarang
Kamboja dengan bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan
kembali seni dan budaya tradisionalnya. Saat ini pertunjukan seni tradisional
seperti tarian Apsara, paling banyak diadakan oleh organisasi swasta, seperti
hotel dan restoran.
Tari Tradisional Kamboja (Robam)
Tari
Tradisional Kamboja (Robam) Ratusan tahun yang lalu, Robam (tari) Apsara
ditampilkan hanya untuk Kerajaan Khmer, walaupun setelah itu tarian ini juga
ditampilkan untuk perayaan khusus Kerajaan, seperti perayaan setelah menang
dari perang. Akan tetapi sebuah serangan yang dilakukan Kerajaan Siamese
(sekarang Thailand) pada abad ke-15 berimbas ke Robam Apsara. Serangan tersebut
memaksa Kerajaan Khmer untuk memindahkan ibu kota mereka ke Phnom Penh dan
sejak itu tarian ini pun hanya dipertunjukkan secara terbatas hanya di kalangan
istana.
Tari
Apsara, seperti tarian Khmer lainnya, biasanya ditemani oleh orkes klasik
Khmer, Pinpeat di Phnom Penh, Kamboja (klik di sini untuk informasi lebih
lanjut tentang Pinpeat).
Pada
awal tahun 1900, Ratu Khmer Sisowath Kossamak Nearireath “meluncurkan kembali”
Tari Apsara untuk rakyat Kamboja. Dia diketahui mempelajari sejarah Tari Apsara
dari banyak literasi, termasuk dari relief timbul pada kuil-kuil di provinsi
Siem Reap.
Saat
ini Tari Apsara dapat ditonton di hotel dan restoran di Phnom Penh. Savana
Phum, sebuah teater yang mengatur pertunjukan kesenian Khmer, termasuk boneka
bayangan, biasanya diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu pk. 19:30.[2]
Buong Suong
Sejarawan
mempercayai Buong Suong adalah tarian Khmer yang paling kuno. Tarian dibawakan
satu kali, di bawah perintah Kerajaan untuk meminta hujan pada dewa-dewa selama
musim kering dan berkah untuk rakyat Kerajaan Khmer.
Sayangnya,
informasi yang tersedia mengenai Buong Suong tidak selengkap Tari Apsara, yang bisa
dipelajari dari banyak relief timbul pada kuil Angkor. Para ahli yakin sejak
Khmer Merah menghabisi para aktor, penari, dan orang-orang yang berprofesi
serupa, informasi lengkap mengenai Buong Suong menjadi sangat sedikit.
Robam Trot (Tari
“Troddi”)
Tarian
rakyat tradisional Khmer ini biasanya ditampilkan selama perayaan-perayan Tahun
Baru Kamboja. Dipercaya bahwa tarian ini sebenarnya berasal dari bagian barat
(barat laut) Kamboja saat masyarakat Khmer belum terpengaruh oleh budaya India
kuno. Tanggal Tahun Baru Kamboja pada 2012.
Robam
Trot (Tari Troddi) memiliki arti membuang ketidakberuntungan pada tahun lalu
dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Tahun Baru. Kadang tarian ini
juga dibawakan untuk meminta hujan selama musim kemarau. Penari biasanya
terdiri dari 16 orang, baik pria dan wanita.
Musik tradisional
Seperti
tarian-tarian tradisional, beberapa instrumen musik tradisional Kamboja juga
terlihat pada dinding-dinding kuil di era Angkorian, yang digambarkan pada
relief timbul. Beberapa instrumen musik tradisional mereka sangat mirip dengan
alat musik tradisional Jawa, seperti “gamelan” Jawa. Beberapa ahli menyarankan
agar mantan Raja Khmer Jayavarman II membawa pengaruh dari budaya kuno Jawa ke Kamboja
setelah dia kembali dari pulau Jawa pada akhir tahun 700-an.
Musik
tradisional Khmer juga menderita akibat rezim Khmer Merah dan saat ini terjadi
kekurangan musisi tradisional Khmer di Kamboja karena banyak di antara mereka
yang dibunuh. Namun beberapa ahli musik asing, bersama dengan musisi Kamboja
yang bertahan di rezim Khmer Merah, telah mengeksplorasi dan mencoba untuk
membantu perkembangan musik ini.
Pada
masa lampau, masyarakat Khmer memainkan musik untuk mengiringi pertunjukan
penari atau pada perkumpulan sosial. Musik mereka biasanya tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat. Melodinya cukup mudah dan tidak ada sistem notasi.
Di
antara musik tradisional Khmer, seperti Pinpeat, Mohori, Phleng Kar (musik
perkawinan Khmer), dan Phleng Arak (lebih sering dimainkan untuk memberi
penghormatan pada leluhur mereka), dua di antaranya dijelaskan di bawah:
Pinpeat
“Pi”
mengacu pada alat musik dari buluh dan ‘peat’ mengacu pada alat musik perkusi.
Pinpeat biasanya dimainkan untuk mengiringi penari tradisional Khmer, dan juga
selama acara keagamaan. Saat mengiringi penari Khmer, Pinpeat merupakan cara
berinteraksi antara musisi, penari, dan vokalis.
Pada
umumnya Pinpeat terdiri dari sekitar 9 instrumen, penyanyi dan paduan suara.
Sekarang, karena keberadaan musisi tradisional Khmer terbatas, Pinpeat
terkadang ditampilkan dengan instrumen yang lebih sedikit. Instrumen yang
paling sering adalah Roneat (lihat gambar di sebelah kiri); sebuah silofon;
Kong Thom, gong bulat besar (gambar kecil di belakang Roneat); Sampho (drum
kecil berkepala ganda); Skor Thom (sebuah drum besar).
Mohori
Pada
dahulu kala Mohori dipentaskan di Kerajaan Istana, sama seperti Pinpeat
walaupun terkadang dimainkan juga di beberapa desa. Walaupun instrumen musik
yang digunakan mirip dengan Pinpeat, instrumen utama Mohori terdiri dari dua
jenis Roneat dan dua jenis Tro (biola Khmer).
Transportasi
Sistem
transportasi negeri ini telah terganggu dengan hebatnya perang. Pembinaan jalan
raya dan kereta api pada umunya mudah karena bentuk muka bumi rendah. Nasalah
yang dihadapi hanyalah banjir pada musim hujan. Jadi pengangkutan daratnya
boleh dikatakan memuaskan. Jalan raya menghubungkan semua bandar besar denag
Phnom Penh ke negeri Thailand dan dari Phnom Penh ke Kompongsom.
Pengangkutan
air terutama disekitar sunagi Mekong merupakan jalan utama hingga ke Phnom
Penh. Lalu lintas pinggir laut pada umumnya tidak penting kecuali di Kompongsom
pelabuhan yang baru dibangun.
Kamboja
telah memperbaiki jalan raya sehingga memenuhi standar internasional pada tahun
2006. Kebanyakan jalan utama sekarang telah dipaving.
Kamboja
memiliki dua jalur kereta api dengan total panjang sekitar 612 kilometer. Jalur
kereta api tersedia untuk rute Sihanoukville sampai ke bagian selatan Kamboja,
dan dari Phnom Penh sampai Sisophon.
Angka
kecelakaan lalu lintas di Kamboja sangat tinggi berdasarkan standar
internasional. Pada tahun 2004, angka kecelakaan per 10.000 kendaraan adalah
sepuluh kali lipat lebih tinggi daripada angka kecelakaan di negara maju, dan
angka kematian kecelakaan telah meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga
tahun.
Kamboja
memiliki empat bandara. Bandara Internasional Phnom Penh(Pochentong) di Phnom
Penh adalah yang terbesar kedua di Kamboja. Bandara Internasional Siem
Reap-Angkor adalah bandara terbesar di Kamboja. Bandara lainnya terdapat di
Sihanoukville dan Battambang.
Hubungan diplomatik dengan Indonesia
Hubungan
diplomatic Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak tahun 1957, kedua
negara menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959.
Dalam
kurun waktu Januari-Mei 2008, total nilai perdagangan Indonesia dan Kamboja
mencapai 67,51 juta dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 66,35 juta
dolar AS.
Nilai
perdagangan tersebut naik sebesar 20 persen dari total perdagangan dalam
periode yang sama pada tahun 2007 (56,02 juta dolar AS) dengan surplus sebesar
54,67 juta dolar AS bagi Indonesia.
Hubungan
kerja sama antara Kamboja dengan Indonesia dalam ASEAN salah satunya adalah
ditandatanganinya persetujuan bebas visa bagi pemegang paspor biasa untuk kedua
negara.
Kerja
sama yang ditandatangani pada tanggal 2 Juni 2010 tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan "people to people contact" antarkedua negara, dan
peningkatan interaksi yang lebih baik dari kalangan bisnis untuk mendukung
kerja sama ekonomi di kedua negara
Dalam
hubungan pengembangan kerja sama budaya, Kamboja bersama-sama dengan Thailand,
Laos, dan Vietnam, telah berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan bertajuk
"Cultural Heritage Tourism Cooperation-Trail of Civilization" yang
diselenggarakan di Yogyakarta, pada Agustus 2006.
Kerja
sama ini merupakan upaya realisasi dari gagasan Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono untuk mengembangkan kerja sama "sister temple" dengan
negara-negara tersebut.
Kegiatan
itu menghasilkan "Borobudur Declaration" dan "Borobudur Plan of
Actions" yang menegaskan komitmen kerja sama kebudayaan antara lain dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia, promosi dan pemasaran, dan kerja sama
sektor swasta.
Sementara
itu, mengenai konflik Kamboja-Thailand, juga akan dibahas dalam KTT ASEAN Ke-18
di Jakarta, namun tidak dalam sesi khusus. Pertikaian keduanya hanya akan
dibahas dalam sesi umum pembahasan masalah-masalah kawasan dan akan wajar bila
tidak terselesaikan dalam rangkaian acara itu.
Menteri
Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, mengatakan, akan ada pertemuan bilateral
antara Indonesia dengan Kamboja serta Indonesia dengan Thailand untuk membahas
konflik perbatasan yang sudah menelan korban jiwa itu.
Thailand
dan Kamboja, kata Marty, sudah meminta jadwal khusus bertemu dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono secara terpisah untuk membahas masalah perbatasan
kedua negara.
Negara Kamboja Lengkap
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Friday, July 28, 2017
Rating:
No comments: