Contoh teks eksemplum
ORANG TAK DIKENAL
Aku punya pengalaman yang mengerikan pekan lalu. Minggu lalu, aku pergi ke sebuah desa kecil di selatan Jawa Barat. Aku sedang menuju ke kota berikutnya. Dalam perjalanan, seorang pemuda melambai padaku. Aku menghentikan mobilku dan dia meminta untuk tumpangan. Begitu dia masuk ke mobil, aku mengucapkan selamat pagi kepadanya dalam Bahasa Jawa dan dia menjawab dalam bahasa yang sama.
Tiba-tiba, ia mengambil pisau dari sakunya. Aku sangat takut. Lalu, ia meminta aku untuk memberinya uang. Aku memberinya segera. Setelah itu, dia memintaku untuk menghentikan mobil dan dia pun keluar. Aku berterima kasih kepada Tuhan kerana menyelamatkanku waktu itu. Sekarang, aku menyadari bahwa jika kita membantu orang lain, kita harus berhati-hati.
Hal yang aneh jika kita memberikan tumpangan kepada seseorang di jalan. Padahal kita tidak tahu dan belum pernah bertemu sebelumnya. Hal ini sangat berbahaya bagi kita. Mungkin, ia akan menyakiti kita atau meminta uang. Dari kejadian itu, aku belajar untuk berhati-hati.
PENCURIAN
Sabtu sore, aku pulang dari lapangan Tenis Indoor FIK. Aku baru saja menghadiri Monitoring dan Evaluasi di sana. Sampai kos sudah maghrib, aku langsung mandi. setelah mandi, aku solat maghrib, lalu aku istirahat sebentar di kamar. Di kamar, aku mengobrol dengan Hala. Tak terasa, waktu cepat berlalu. Jam 24.00 WIB teman sekamarku pulang, Mbak Devi namanya. Kami mengobrol sampai pukul 1.00 WIB.
Minggu pagi, aku dan Devi bangun di pagi yang kacau. Kami kemalingan. Dua laptop, dua handphone, satu modem, dan tasku hilang. Seseorang telah mencurinya semalam. Diperkirakan antara pukul 1.00 sampai pukul 3.00. Sebab, teman sebelah kamarku bangun pukul 3.00 dan tahu bahwa pintu kamarku terbuka. Tapi, ia juga belum tahu kalau kami baru saja kehilangan beberapa barang penting. Aku bertanya pada Devi, apakah ia belum mengunci kamar ketika tidur, ternyata Devi lupa tidak mengunci kamar kami.
Setelah itu, aku dan Devi langsung lapor ke Bapak Kos, kami disuruh untuk lapor ke kepolisian. Pagi itu, kami langsung ke Polsek Gunung Pati, pukul 08.00 kami tiba, membuat keterangan, surat kehilangan dan menyerahkan barang bukti berupa tas yang ditnggalSi Pencuri di Jemuran. Jam 10.00 WIB polisi datang ke kos untuk melihat dan menyelidiki kasus ini. Meski polisi juga belum bias menemukan pelakunya. Kami betul-betul tidak menyangka kejadian seperti ini menimpa kami.
Kejadian ini adalah peringatan besar untuk kami. Sejak itu, saya dan Devi terus waspada.
Aku telah memasang gembok di pintu belakang. Dan kamarku selalu dikunci meski kami hanya keluar sebentar.
Barang-barang itu bisa kembali Alhamdulillah, tapi kami juga tidak menaruh harapan terlalu banyak. Aku dan Devi masih sehat dan selamat juga sudah bagus. Aku berjanji, akan terus waspada, berhati-hati dalam menjalankan aktivitas- aktivitas di hari berikutnya.
JANGAN MATEMATIKA
Aku memang tidak begitu pandai bila dihadapkan dengan soal-soal matematika. Saat duduk di bangku kelas tiga SD, aku merasa soal-soal matematika yang harus aku pecahkan sangat sulit dan membingungkan.
Sedangkan ibuku adalah sosok wanita yang sangat perhatian terutama pada anak-anaknya. Beliau ingin anak-anaknya menjadi anak yang shaleh, pandai, dan dapat dibanggakan. Sedangkan saat duduk di bangku kelas tiga SD aku sudah mulai nakal dan malas belajar. Di kelas, jika ada teman yang mengajakku untuk ngobrol aku pasti lebih memilih ngobrol walaupun dengan suara pelan dari pada harus mendengarkan guruku menerangkan materi pelajaran
Siang itu aku pulang dari sekolah dengan memasang wajah yang lesu. Nilai matematika yang aku dapatkan hari itu sangat memalukan. Dan seperti biasa, ibuku selalu menanyakan tentang nilai yang didapatkan anaknya setiap pulang sekolah. Sambil mengeluarkan bulu dari tas sekolahku, ibuku bertanya, “Hari ini kamu mendapat nilai berapa, Nak?” Aku hanya bisa terdiam dan sulit untuik berkata-kata, hingga ibuku mengulangi pertanyaannya kembali. Dengan wajah takut aku pun menjawab pertanyaan ibu dengan terbata-bata dan suara lirih, “Mata pelajaran matematika aku mendapat nilai dua, Bu.” Mendengar jawabanku, seketika itu pun ibuku marah. Dilemparkanlah buku matematika itu tepat dihadapanku, kemudian beliau menasehati aku.
Tetapi aku senang, ibu menanyakan bahwa bwliau bangga terhadapku, karena aku telah berkata jujur dan mau mengakui kesalahanku.
Sejak saat itu aku berusaha keras untuk menggemari mata pelajaran matematika dan tidak mengulangi lagi kesalahanku yaitu, ngobrol dengan teman ketika guru sedang menerangkan pelajaran.
OPERASI ZEBRA
Kejadian yang membuat saya sadar akan pentingnya menaati peraturan negara ini terjadi ketika saya sudah semester II.
Biasanya, hampir setiap minggu saya pulang ke rumah pada Jumat sore dan akan kembali ke Semarang pada Minggu sore. Suatu ketika, saya dan kakak saya memutuskan untuk kembali ke
Semarang pada Senin pagi supaya waktu lebih lama di rumah. Kami berangkat pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor.
Ketika akan berangkat, kakak menyuruh saya untuk di depan karena dia mengantuk. Saya-pun menuruti permintaannya meskipun pada saat itu saya belum mempunyai SIM. Kakak saya berpesan, “jika nanti ada operasi zebra, kamu berhenti saja. Jangan panik”. Satu jam menempuh perjalanan rasanya aman-aman saja, tidak ada operasi apapun. Kemudian kami sampai di perbatasan Kebumen-Purworejo, tidak ada operasi juga di sana.
Saya pun dengan percaya diri membawa motor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di Kecamatan Kutoarjo, tiba-tiba dari jarak 500 meter, saya melihat banyak orang dengan rompi berwarna hijau menyala. Sontak saya langsung membanting setang ke kiri. Namun celakanya, di depan saya ada sebuah selokan kecil. Saya pun kembali membanting setang ke kiri, akan tetapi setang tak dapat dibelokkan karena tertahan oleh tas yang saya gendong di depan. Motor saya terjatuh dan kami terpelanting.
Kami mengalami luka-luka dan dibawa ke salah satu rumah warga. Ketika ada seorang polisi yang akan mendekati kami, kakak saya berpesan, “ketika nanti ditanya polisi, siapa yang mengemudi, bilang saja kakak. Kakak tadi jatuh karena mengantuk”. Saya hanya mengangguk mendengar permintaan kakak saya. Benar saja, polisi tersebut menanyakan hal serupa dan meminta kakak saya untuk memperlihatkan SIM beserta STNK-nya.
Sepeninggal polisi tersebut, si pemilik rumah keluar dan mengobati luka kami. Beruntung polisi tidak mencurigai kalau saya yang megendarai sepeda motor tersebut. Tuhan masih memberikan kami keselamatan walaupun kami mengalami banyak luka.
Dari kejadian tersebut, saya menjadi mengerti akan pentingnya menaati peraturan negara termasuk peraturan berlalu lintas dan membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara.
Struktur Teks | Operasi Zebra |
Abstrak | Kejadian yang membuat saya sadar akan pentingnya menaati peraturan negara ini terjadi ketika saya sudah semester II. |
Orientasi | Biasanya, hampir setiap minggu saya pulang ke rumah pada Jumat sore dan akan kembali ke Semarang pada Minggu sore. Suatu ketika, saya dan kakak saya memutuskan untuk kembali ke Semarang pada Senin pagi supaya waktu lebih lama di rumah. Kami berangkat pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor. |
Insiden | Ketika akan berangkat, kakak menyuruh saya untuk di depan karena dia mengantuk. Saya-pun menuruti permintaannya meskipun pada saat itu saya belum mempunyai SIM. Kakak saya berpesan, “jika nanti ada operasi zebra, kamu berhenti saja. Jangan panik”. Satu jam menempuh perjalanan rasanya aman-aman saja, tidak ada operasi apapun. Kemudian kami sampai di perbatasan Kebumen-Purworejo, tidak ada operasi juga di sana. Saya pun dengan percaya diri membawa motor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di Kecamatan Kutoarjo, tiba-tiba dari jarak 500 meter, saya melihat banyak orang dengan rompi berwarna hijau menyala. Sontak saya langsung membanting setang ke kiri. Namun celakanya, di depan saya ada sebuah selokan kecil. Saya pun kembali membanting setang ke kiri, akan tetapi setang tak dapat dibelokkan karena tertahan oleh tas yang saya gendong di depan. Motor saya terjatuh dan kami terpelanting. Kami mengalami luka-luka dan dibawa ke salah satu rumah warga. Ketika ada seorang polisi yang akan mendekati kami, kakak saya berpesan, “ketika nanti ditanya polisi, siapa yang mengemudi, bilang saja kakak. Kakak tadi jatuh karena mengantuk”. Saya hanya mengangguk mendengar permintaan kakak saya. Benar saja, polisi tersebut menanyakan hal serupa dan meminta kakak saya untuk memperlihatkan SIM beserta STNK-nya. |
Interpretasi | Sepeninggal polisi tersebut, si pemilik rumah keluar dan mengobati luka kami. Beruntung polisi tidak mencurigai kalau saya yang megendarai sepeda motor tersebut. Tuhan masih memberikan kami keselamatan walaupun kami mengalami banyak luka. |
Koda | Dari kejadian tersebut, saya menjadi mengerti akan pentingnya menaati peraturan negara termasuk peraturan berlalu lintas dan membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara. |
Contoh teks eksemplum
Reviewed by bisnisrumahq.blogspot.com
on
Sunday, August 07, 2016
Rating:
Wah sangat bermanfaat sekali contoh teks eksemplum nya :)
ReplyDelete